Senin, 14 April 2014

No I won't



Main Cast : You as Nam Haerin
                  Park Chanyeol
Genre      : Romance

"Aku akan mencoba menjadi lebih baik lagi.." 

( YOU P.O.V )
“Kita putus saja!”
“Arra! Kita putus!” Aku melipat kedua tanganku kesal ketika melihat namja itu pergi meninggalkanku. Saat ini aku berada di ruang UKS, jika kalian tanya mengapa.. ini semua karena kecerobohan namjachinguku! Ah ani.. dia bukan namjachinguku lagi..
“Aaah.. appo..” Aku meringis ketika merasakan luka di lengan kananku berdenyut.
“Park Chan Yeol.. neo jincaa, isssh!!”
‘Kreek’
“Haerin-ah!” Aku mengangkat kepalaku, Jisun berlari dari arah pintu.
‘Pletak!’
“Yak!! Neo wae irae!?” Aku mengelus-elus kepalaku yang baru saja mendapat jitakan keras seorang Lee Jisun, isssh… apa-apaan anak ini!
“Neo micheo!? Kenapa kau mencelakakan dirimu sendiri?! Pabo!”
‘Pletak!’
“Yak Yak!! Appooo!!” Sahutku histeris, bagaimana bisa ia memukuli orang yang tengah cedera!?
“Eoh?! Kau berhak mendapatkannya!” Aku menahan lengan Jisun ketika tahu ia akan menjitakku lagi.
“Jisun-ah.. kau tidak lihat sahabatmu sedang cedera seperti ini??” Sahutku memelas, Jisun melepaskan lengannya dari tanganku.
“Pabo!” Sahutnya dengan tatapan mata yang hendak membunuhku hidup-hidup.
“Hhhh.. arra.. aku tahu aku salah, tapi ini bukan sepenuhnya kesalahanku.. kau tahu? Chan..”
“Yak! Berhenti menyalahkan namjachingumu arraseo?!” Aku mengatupkan mulutku.
“Dia.. bukan namjachinguku lagi..” Sahutku pelan, aku melirik kearah Jisun dengan ekspresi takut.
“Mwo..ra..go?” Aku tersenyum kaku.
“Ne Jisun-ah.. aku..”
“NAM HAE RIN!!!!”
* * *
“Mengapa kau bodoh sekali huh?!”
“Jisun-ah.. kau sudah mengatakan itu berkali-kali..” Aku mengembungkan pipiku.
“Jisun benar, kau kurang percaya pada namjachingumu sendiri Haerin-ah..” Aku menatap Seora dengan tatapan memelas.
“Wae.. bukankah hal yang wajar jika aku merasa tidak dianggap olehnya?? Aku hanya ingin memastikan apakah ia masih peduli padaku atau tidak! Kalian juga tahu bukan? Park Chan Yeol itu benar-benar acuh dan seperti menganggapku hanya teman, bahkan kemarin aku melihatnya bersama Eunna di mall!” Sahutku dengan nada yang cukup tinggi.
“Eunna?” Tanya Jisun, aku mengangguk kecil.
“Tunggu, maksudmu.. Choi Eunna hoobae kita?” Aku mengerutkan dahiku.
“Ah ne! bagaimana kau tahu?” Tanyaku pada Seora.
“Hhh.. Aku rasa kau harus bertanya terlebih dahulu sebelum bertindak Haerin-ah..” Aku menaikkan sebelah alisku.
“Wae??” Tanyaku.
“Eoh.. Waeyo?” Tanya Jisun yang juga penasaran.
“Kalian benar-benar tidak tahu??” Aku menoleh kearah Jisun, kami berdua menggeleng.
“Haaahh.. Choi Eunna itu adik sepupu namjachingumu, Haerin-ah.. jadi mustahil jika Chanyeol sunbae selingkuh dengan sepupunya sendiri.” Aku terdiam, kutelan ludahku sendiri.
“Nam Haerin..” Aku menoleh perlahan kearah Jisun yang sudah melipat kedua tangannya di depan dada.
“Aku.. tidak tahu.. tapi.. tapi Chan oppa sepertinya benar-benar sudah tidak menyukaiku.. aku..”
‘tess..’
“Issh, untuk apa kau menangis sekarang? Kau menyesal eoh? Haaahh.. Nam Haerin, aku bingung.. bagaimana bisa pikiranmu selalu negativ terhadap namjachingumu sendiri? Kau tahu ini sudah yang ke berapa kalinya kalian bertengkar hanya karena masalah kecil yang kau buat sendiri??”
“Hiks.. molla.. hiks..” Aku mengusap kasar pipiku yang basah oleh air mataku sendiri.
“Geumanhae.. kau tak usah menangis, sebaiknya kau tenangkan dirimu dulu Haerin-ah..” Seora menepuk pelan bahuku.
“Ckck.. aku pulang duluan..” Aku melirik tubuh Jisun yang menjauh dan akhirnya menghilang di balik pintu kamarku.
“Seora-ya..hiks..”
“Sssh uljimaa..” Seora memelukku erat seraya menepuk-nepuk punggungku.
* * *
“Aku rasa ia masih marah padaku..” Sahutku ketika melihat Jisun yang menghindariku sejak tadi pagi.
“Aah kau sudah tahu sifatnya seperti apa.. ia akan kembali seperti biasanya. Tenanglah..” Seora menepuk bahuku lalu tersenyum, aah.. dia benar-benar baik..
“Kembalilah ke kelasmu, aku ada urusan sekarang.” Sahut Seora.
“Eodiga?”
“Perpustakaan..” Aku mengangguk-angguk, Seora menghabiskan minumnya setengah lalu bangkit dari kursinya.
“Hati-hati ne..” Sahutku lalu melambaikan tanganku.
“Eoh!”
Aku mengaduk-aduk jus jeruk milikku, haaahh.. biasanya aku akan makan siang bersama Chan oppa.. walaupun ia selalu berbicara ketus padaku, aku senang.. setidaknya dengan kehadirannya membuatku nyaman..
Aku berjalan menuju kelasku, namun sesaat kemudian langkahku terhenti.
“Hey Haerin..”
Aku mengerutkan dahiku, Lee Woo Yi. Aku tahu siapa dia, dia adalah salah satu fans Chanyeol oppa yang fanatic.
“Aigoo.. lihatlah wajahmu.. kkk~ Baru saja putus cinta eoh??” Aku menatapnya sinis sedangkan ia tertawa setelahku.
“Haaahh.. bersiaplah untuk patah hati, karena aku yakin Chanyeol oppa akan dengan mudahnya berpaling padaku..” Ia menepuk pundak kiriku lalu pergi.
Aku menghela nafas panjang.. kulangkahkan kembali kakiku memasuki ruang kelasku. Disana, Jisun tengah tertawa bersama murid-murid yang lainnya. Aku berjalan menuju kursiku, kulirik Jisun yang tetap acuh padaku. Mungkin ia benar-benar marah saat ini.
Selama pelajaran berlangsung, aku tak bisa fokus. Mataku terus tertuju kearah luar jendela, untung saja seosaengnim tidak menyadarinya.
Aku merindukannya.. Park Chan Yeol..
~Break time
“Jisun-ah..”
“Hey! Aku keluar sebentar oke?” Aku menghembuskan nafasku.
“Wae? Kalian bertengkar?” Aku menoleh, Kai menaikkan sebelah alisnya.
“Hmm..” Gumamku.
“Aku rasa kau jangan dulu bicara dengannya, ia selalu menginginkan waktu untuk menyendiri.” Aku mengangguk.
“Ya Kai, kau tahu semua tentangnya..” Sahutku lalu tersenyum tipis, aah.. tersenyum pun sedikit sulit bagiku.
“Ah.. itu..” Aku tertawa pelan, kutepuk pelan bahu kirinya.
“Kejarlah cintamu ne?” Aku mengedipkan sebelah mataku lalu pergi meninggalkannya keluar kelas.
Aku berjalan-jalan tak tentu arah, entahlah.. aku benar-benar tidak punya tempat tujuan.. biasanya, kakiku akan berlari lincah menuju kantin untuk bertemu dengannya, menerima semua sikap ketusnya.. aku benar-benar merindukannya.
‘Dukk..’ Aku mengangkat kepalaku ketika tahu bahwa aku menabrak seseorang, mataku berkedip beberapa kali memastikan bahwa aku memang tidak salah lihat.
“Ah.. mianhae.. aku..”
‘Sreet..’
Aku terhenyak.. Ia melewatiku begitu saja.. ya dia, Park Chan Yeol..
“Hhh..” Aku menahan nafasku beberapa detik, tidak ingin menangis di lorong kelas.. ini akan sangat memalukan..
Kulangkahkan kakiku kearah toilet wanita.
“Berhentilah bersikap seperti itu padanya..” Langkahku langsung terhenti, aku mundur beberapa langkah dan hendak berbalik.
“Wae? Kau keberatan?” Aku mengerutkan dahiku, suara ini..
“Jisun-ah.. aku kira kau memang sudah mundur sejak saat itu.”
“Mundur? Bagaimana bisa aku menarik kembali perasaanku?”
“Setidaknya kau menjaga perasaanmu sendiri agar perasaanmu itu tidak menghancurkanmu seperti saat ini.”
“Kau tak usah ikut campur.”
“Aku hanya ingin menekan tombol cancel sebelum mesin itu berjalan.”
“Kita bahkan tidak membicarakan mengenai mesin disini.”
“Aku tahu, itu hanya perumpamaan. Kau mau menghancurkan perasaannya? Kau ingin menghancurkan persahabatanmu sendiri?” Aku melangkahkan kakiku untuk sedikit menyingkir dari pintu agar tidak terlihat dari dalam.
“Seora, kau tahu? Bahkan aku yang lebih dulu mengenal Chanyeol oppa, aku yang lebih dulu menyukainya! Bukan yeoja itu!” Aku tersentak, apakah.. dia benar-benar Ji..sun?
“Jisun-ah…”
“Mengapa bukan aku yang menjadi yeojanya?! Aku lebih baik darinya!” Kakiku melemas, aku mengangkat kepalaku. Kai..
“Kai..” Sahutku sangat pelan, ia berjalan kearahku lalu menarik lenganku lembut.
“Kajja..” Bisiknya.
* * *
“Haerin-ah..” Aku terdiam, kuambil botol air mineralku lalu meneguknya sampai habis.
“Kai.. aku.. haus..” Sahutku tersendat, berusaha menahan isakanku.
“Kau sudah meminum 2 botol air mineral..” Aku menggeleng lemah.
“Yaa..kau mau kemana??” Aku berjalan menuju batas atap.
“Nam Haerin..” Aku tersenyum pahit.
“Bukankah aku sangat bodoh?” Kupejamkan mataku, kupegang pagar pembatas di ujung atap ini.
“Kedekatan oppa.. dengan Jisun.. aku rasa mereka memang sudah saling mencintai sejak awal.” Aku menutup rapat-rapat mataku ketika kurasakan cairan itu akhirnya keluar.
“Aku..”
“Setahuku, Chanyeol hyung benar-benar menyukaimu.. Kau tidak melihatnya? Tatapannya padamu berbeda dengan tatapannya pada yeoja lain..” Aku menahan isakanku yang mulai terdengar, aku rasa Kai pun dapat mendengarnya.
“Hanya saja, ia tidak bisa memperlihatkan perasaannya secara langsung.” Kai menepuk bahu kananku.
“Dia memang seperti itu.” Aku mengusap air mataku.
“Mianhae..” Suaraku terdengar serak.
“Kkk.. wae? Mengapa kau meminta maaf padaku?” Aku menoleh kearah Kai.
“Jisun..” Sahutku, Kai menoleh dan balik menatapku. Seulas senyum tipis terlukis di bibirnya.
“Aku hanya menyukai gayanya.” Aku mengerutkan dahiku.
“Mwo…”
“Aaah.. kita bahkan membolos di jam terakhir.. aku rasa itu akan membuat yang lainnya salah paham..” Kai tersenyum lalu kembali menerawang ke depan.
“Kau hebat..” Sahutku.
“Hm?”
“Kau benar-benar hebat dalam menyembunyikan perasaanmu sendiri Kai.” Bisa kudengar kekehannya.
“Ya.. aku memang hebat. Hey, apa kau tidak merasa dingin?” Aku terdiam.
“Sedikit..” Ia berdecak.
“Seharusnya kita duduk disana, disini benar-benar terasa dingin, kajja..” Ia menarikku ke bangku yang berada di dekat pintu atap.
“Sejak kapan kau menyukai Jisun?”
“Sudah kukatakan aku hanya menyukai gayanya..”
“Apa bedanya menyukai gaya seseorang dengan menyukainya??” sahutku kesal, ia terkekeh.
“Tentu saja berbeda, menyukai gaya seseorang dapat kita artikan bahwa kita adalah seorang fans. Sedangkan menyukai seseorang.. aissh, aku tahu kau pun tahu maksudnya.” Aku tersenyum.
“Bagaimana dengan perasaanku pada Chanyeol oppa? Apa itu hanya sebatas suka?”
“Tatap mataku.” Aku mengedip-ngedipkan mataku, kuserongkan badanku kearah Kai.
“Eoh!” Sahutku lalu tersenyum.
“Hmm.. apa kau benar-benar menyukai Park Chan Yeol??”
“Ofcourse!” Sahutku keras, Kai tersenyum.
“Kau pasti sangat menyukainya..”
“Tentu!” Sahutku bersemangat, Kai mengacak rambutku.
“Sudahlah.. kau membuatku cemburu saja, aku tahu kau benar-benar menyukai Chanyeol hyung.” Aku tersenyum.
“Tentu saja…”
“Hanya saja kau belum bisa mengendalikan rasa cemburumu itu..” Aku terdiam lalu mengangguk.
“Belajarlah memahaminya arra?” Aku mengangguk lagi.
“Goodgirl..”
* * *
Kantin belum tutup, dan aku sangat lapar sore ini!
Aku memesan beberapa makanan tidak lupa minumannya. Hanya beberapa menit sampai aku menghabiskan semua makananku. Kuaduk-aduk minumanku, itu sudah menjadi kebiasaanku. Sekilas, aku mengingat obrolan Jisun dan Seora di toilet tadi pagi.
“Oy!” Aku sedikit tersentak, kulihat Baekhyun oppa tertawa kecil. Ia duduk di kursi yang berada di sebrang meja.
“Ah aku kira siapa..” Sahutku, aku kembali mengaduk-aduk minumanku.
“Kau belum pulang?” aku menggeleng.
“Bagaimana dengan oppa?” Tanyaku.
“Hmm.. kau tidak tahu bahwa kelas 3 ada pelajaran tambahan?” Aku menepuk dahiku sendiri.
“Ah aku lupa..” Sahutku.
“Kalian bertengkar lagi?” Aku menggeleng lemah, Baekhyun oppa selalu tahu apa yang terjadi antara aku dan Chan oppa. Itu karena Baekhyun oppa adalah sahabat dekat Chan oppa.
“Waeyo? Kalian benar-benar sama.. kau tahu? Sejak tadi pagi namjachingumu terus saja melamun, yah seperti apa yang kulihat saat ini.” Aku mengerutkan dahiku.
“Apa.. Chan oppa baik-baik saja?” Tanyaku pelan, bisa kulihat kerutan muncul di dahi Baekhyun oppa.
“Mwo? Mengapa kau bertanya padaku? Kau bahkan lebih tahu banyak tentangnya daripada aku yang hanya sebatas sahabatnya.” Baekhyun oppa tertawa kecil.
“Aku dan Chan oppa.. sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi..” Sahutku sangat pelan.
“Ne?” Aku mengangkat kepalaku, menatap kearah Baekhyun oppa yang terlihat kaget.
“Kau bercanda..”
“Ani oppa.. itulah sebabnya aku menanyakan kabar Chan oppa padamu.” Baekhyun oppa sedikit menghela nafasnya.
“Kali ini masalah apa hm?” Tanyanya lembut, aku menarik nafas dalam. Kupaksakan untuk tersenyum kearahnya.
“Seperti biasa, egoku terlalu tinggi.. aku tidak akan pernah bisa mengontrol emosiku.. aku sadar oppa.. sepertinya kami memang tidak cocok.” Aku tersenyum pahit.
“Ani! Kau hanya belum bisa mengontrolnya Haerin-ah.. bicaralah baik-baik dengannya, Chanyeol akan selalu mendengarmu. Percayalah.” Aku mengerjap-ngerjapkan mataku ketika kurasakan panas memenuhi pelupuk mataku.
“Aah ani.. aku rasa memang ini yang terbaik, Chanyeol oppa akan mendapatkan yeoja yang lebih baik dariku.. dan aku.. tidaklah baik untuknya..” Aku menggigit bibirku, kurasakan cairan hangat turun membasahi permukaan pipiku. Dengan cepat aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku, aku tidak ingin terlihat lemah di depan sahabat namjachinguku.. ah ani.. he is not my boyfriend anymore..
“Uljima..” Aku merasakan sepasang tangan melingkar di leherku dari arah belakang, dahiku berkerut. Tidak mungkin Baekhyun oppa berani memelukku seperti ini..
Perlahan aku membuka telapak tanganku dari wajahku, disana.. Baekhyun oppa masih duduk disana dengan senyuman lebarnya. Kugigit bibirku, aku takut.. kudekap kedua tangan yang melingkar di leherku itu. Aku menangis tersedu-sedu disana.
“Sssh.. siapa yang mengajarkanmu menjadi yeoja cengeng seperti ini?” Bisiknya di telinga kananku, aku menggeleng lemah. Kuatur nafasku, aku berusaha menghentikan tangisanku tapi tetap saja.
“Oppa.. hiks.. jebal...” Aku mencengkram erat kedua lengan itu, aku tidak ingin kehilangannya.
Perlahan kedua lengan itu mengendur dan lepas.. aku menutup kembali kedua mataku, aku sangat takut..
“Nam Haerin..” Kuatur nafasku, perlahan aku membuka telapak tanganku.
Aku mengedip beberapa kali, pandanganku sedikit buram karena air mataku sendiri. Detik selanjutnya aku merasakan sepasang tangan menangkup wajahku dan mengusap lembut permukaan pipiku yang basah. Kubuka mataku secara lebar, Park Chanyeol.. ia tersenyum kearahku.. senyuman itu, senyuman yang sama saat aku pertama mengenalnya.
“Kenapa kau menangis?” Aku mengangkat kedua tanganku lalu menutup wajahku sendiri dengan telapak tanganku. Air mataku kembali turun, aku tidak bisa berhenti menangis. Perasaanku sungguh campur aduk saat ini.
“uljima.. sssh..” Aku sedikit mengeluarkan suara, sungguh memalukan menangis di depan namja yang dulunya adalah namjachingumu.
Ia melepas telapak tangannya dari kedua pipiku, detik kemudian aku merasakan lengannya merengkuh badanku. Aku tersentak, dia memelukku.. Park Chanyeol, namja ketus ini tengah memelukku? Benarkah?
“Uljima..” Ia menepuk-nepuk punggungku lembut.
“Hiks.. mian.. hae..”
“Ani.. ini salahku..” Aku menggeleng lemah.
“Jebal oppa..hiks..”
“Sssh.. I’m here..”
“Kajima.. hiks.. kajimara..” Aku benar-benar tidak ingin ia pergi, aku sangat mencintai namja ini.
Bisa kurasakan anggukan kepalanya.
“I won’t never leave you.. no, I won’t..” Kupeluk erat badannya dan menenggelamkan wajahku di dadanya.
* * *
“Mianhae..”
“Kkk.. Akhirnya rencana kita tidak sia-sia..” Aku mengerucutkan bibirku melihat Jisun juga Seora yang berhigh-five ria. Ya, obrolan mereka di toilet saat itu memang sudah mereka rencanakan.. Tentang Kai juga, haaahhh.. Mereka benar-benar keterlaluan..
“Gomawo.. chingu..” Sahutku lalu memeluk mereka berdua.

THE END

0 komentar:

Posting Komentar