Main Cast : You as Nam Haerin
Park Chanyeol
Genre : Romance
"Aku akan mencoba menjadi lebih baik lagi.."
( YOU P.O.V )
“Kita putus saja!”
“Arra! Kita putus!” Aku melipat kedua
tanganku kesal ketika melihat namja itu pergi meninggalkanku. Saat ini aku
berada di ruang UKS, jika kalian tanya mengapa.. ini semua karena kecerobohan
namjachinguku! Ah ani.. dia bukan namjachinguku lagi..
“Aaah.. appo..” Aku meringis ketika
merasakan luka di lengan kananku berdenyut.
“Park Chan Yeol.. neo jincaa, isssh!!”
‘Kreek’
“Haerin-ah!” Aku mengangkat kepalaku, Jisun
berlari dari arah pintu.
‘Pletak!’
“Yak!! Neo wae irae!?” Aku mengelus-elus
kepalaku yang baru saja mendapat jitakan keras seorang Lee Jisun, isssh…
apa-apaan anak ini!
“Neo micheo!? Kenapa kau mencelakakan
dirimu sendiri?! Pabo!”
‘Pletak!’
“Yak Yak!! Appooo!!” Sahutku histeris,
bagaimana bisa ia memukuli orang yang tengah cedera!?
“Eoh?! Kau berhak mendapatkannya!” Aku
menahan lengan Jisun ketika tahu ia akan menjitakku lagi.
“Jisun-ah.. kau tidak lihat sahabatmu
sedang cedera seperti ini??” Sahutku memelas, Jisun melepaskan lengannya dari
tanganku.
“Pabo!” Sahutnya dengan tatapan mata yang
hendak membunuhku hidup-hidup.
“Hhhh.. arra.. aku tahu aku salah, tapi ini
bukan sepenuhnya kesalahanku.. kau tahu? Chan..”
“Yak! Berhenti menyalahkan namjachingumu
arraseo?!” Aku mengatupkan mulutku.
“Dia.. bukan namjachinguku lagi..” Sahutku
pelan, aku melirik kearah Jisun dengan ekspresi takut.
“Mwo..ra..go?” Aku tersenyum kaku.
“Ne Jisun-ah.. aku..”
“NAM HAE RIN!!!!”
* * *
“Mengapa kau bodoh sekali huh?!”
“Jisun-ah.. kau sudah mengatakan itu
berkali-kali..” Aku mengembungkan pipiku.
“Jisun benar, kau kurang percaya pada
namjachingumu sendiri Haerin-ah..” Aku menatap Seora dengan tatapan memelas.
“Wae.. bukankah hal yang wajar jika aku
merasa tidak dianggap olehnya?? Aku hanya ingin memastikan apakah ia masih
peduli padaku atau tidak! Kalian juga tahu bukan? Park Chan Yeol itu
benar-benar acuh dan seperti menganggapku hanya teman, bahkan kemarin aku
melihatnya bersama Eunna di mall!” Sahutku dengan nada yang cukup tinggi.
“Eunna?” Tanya Jisun, aku mengangguk kecil.
“Tunggu, maksudmu.. Choi Eunna hoobae
kita?” Aku mengerutkan dahiku.
“Ah ne! bagaimana kau tahu?” Tanyaku pada
Seora.
“Hhh.. Aku rasa kau harus bertanya terlebih
dahulu sebelum bertindak Haerin-ah..” Aku menaikkan sebelah alisku.
“Wae??” Tanyaku.
“Eoh.. Waeyo?” Tanya Jisun yang juga
penasaran.
“Kalian benar-benar tidak tahu??” Aku
menoleh kearah Jisun, kami berdua menggeleng.
“Haaahh.. Choi Eunna itu adik sepupu
namjachingumu, Haerin-ah.. jadi mustahil jika Chanyeol sunbae selingkuh dengan
sepupunya sendiri.” Aku terdiam, kutelan ludahku sendiri.
“Nam Haerin..” Aku menoleh perlahan kearah
Jisun yang sudah melipat kedua tangannya di depan dada.
“Aku.. tidak tahu.. tapi.. tapi Chan oppa
sepertinya benar-benar sudah tidak menyukaiku.. aku..”
‘tess..’
“Issh, untuk apa kau menangis sekarang? Kau
menyesal eoh? Haaahh.. Nam Haerin, aku bingung.. bagaimana bisa pikiranmu
selalu negativ terhadap namjachingumu sendiri? Kau tahu ini sudah yang ke
berapa kalinya kalian bertengkar hanya karena masalah kecil yang kau buat
sendiri??”
“Hiks.. molla.. hiks..” Aku mengusap kasar
pipiku yang basah oleh air mataku sendiri.
“Geumanhae.. kau tak usah menangis,
sebaiknya kau tenangkan dirimu dulu Haerin-ah..” Seora menepuk pelan bahuku.
“Ckck.. aku pulang duluan..” Aku melirik tubuh
Jisun yang menjauh dan akhirnya menghilang di balik pintu kamarku.
“Seora-ya..hiks..”
“Sssh uljimaa..” Seora memelukku erat seraya
menepuk-nepuk punggungku.
* * *
“Aku rasa ia masih marah padaku..” Sahutku
ketika melihat Jisun yang menghindariku sejak tadi pagi.
“Aah kau sudah tahu sifatnya seperti apa..
ia akan kembali seperti biasanya. Tenanglah..” Seora menepuk bahuku lalu
tersenyum, aah.. dia benar-benar baik..
“Kembalilah ke kelasmu, aku ada urusan
sekarang.” Sahut Seora.
“Eodiga?”
“Perpustakaan..” Aku mengangguk-angguk,
Seora menghabiskan minumnya setengah lalu bangkit dari kursinya.
“Hati-hati ne..” Sahutku lalu melambaikan
tanganku.
“Eoh!”
Aku mengaduk-aduk jus jeruk milikku,
haaahh.. biasanya aku akan makan siang bersama Chan oppa.. walaupun ia selalu
berbicara ketus padaku, aku senang.. setidaknya dengan kehadirannya membuatku
nyaman..
Aku berjalan menuju kelasku, namun sesaat
kemudian langkahku terhenti.
“Hey Haerin..”
Aku mengerutkan dahiku, Lee Woo Yi. Aku
tahu siapa dia, dia adalah salah satu fans Chanyeol oppa yang fanatic.
“Aigoo.. lihatlah wajahmu.. kkk~ Baru saja
putus cinta eoh??” Aku menatapnya sinis sedangkan ia tertawa setelahku.
“Haaahh.. bersiaplah untuk patah hati,
karena aku yakin Chanyeol oppa akan dengan mudahnya berpaling padaku..” Ia
menepuk pundak kiriku lalu pergi.
Aku menghela nafas panjang.. kulangkahkan
kembali kakiku memasuki ruang kelasku. Disana, Jisun tengah tertawa bersama
murid-murid yang lainnya. Aku berjalan menuju kursiku, kulirik Jisun yang tetap
acuh padaku. Mungkin ia benar-benar marah saat ini.
Selama pelajaran berlangsung, aku tak bisa
fokus. Mataku terus tertuju kearah luar jendela, untung saja seosaengnim tidak
menyadarinya.
Aku merindukannya.. Park Chan Yeol..
~Break time
“Jisun-ah..”
“Hey! Aku keluar sebentar oke?” Aku
menghembuskan nafasku.
“Wae? Kalian bertengkar?” Aku menoleh, Kai
menaikkan sebelah alisnya.
“Hmm..” Gumamku.
“Aku rasa kau jangan dulu bicara dengannya,
ia selalu menginginkan waktu untuk menyendiri.” Aku mengangguk.
“Ya Kai, kau tahu semua tentangnya..”
Sahutku lalu tersenyum tipis, aah.. tersenyum pun sedikit sulit bagiku.
“Ah.. itu..” Aku tertawa pelan, kutepuk
pelan bahu kirinya.
“Kejarlah cintamu ne?” Aku mengedipkan
sebelah mataku lalu pergi meninggalkannya keluar kelas.
Aku berjalan-jalan tak tentu arah,
entahlah.. aku benar-benar tidak punya tempat tujuan.. biasanya, kakiku akan
berlari lincah menuju kantin untuk bertemu dengannya, menerima semua sikap
ketusnya.. aku benar-benar merindukannya.
‘Dukk..’ Aku mengangkat kepalaku ketika tahu
bahwa aku menabrak seseorang, mataku berkedip beberapa kali memastikan bahwa
aku memang tidak salah lihat.
“Ah.. mianhae.. aku..”
‘Sreet..’
Aku terhenyak.. Ia melewatiku begitu saja..
ya dia, Park Chan Yeol..
“Hhh..” Aku menahan nafasku beberapa detik,
tidak ingin menangis di lorong kelas.. ini akan sangat memalukan..
Kulangkahkan kakiku kearah toilet wanita.
“Berhentilah bersikap seperti itu
padanya..” Langkahku langsung terhenti, aku mundur beberapa langkah dan hendak
berbalik.
“Wae? Kau keberatan?” Aku mengerutkan
dahiku, suara ini..
“Jisun-ah.. aku kira kau memang sudah
mundur sejak saat itu.”
“Mundur? Bagaimana bisa aku menarik kembali
perasaanku?”
“Setidaknya kau menjaga perasaanmu sendiri
agar perasaanmu itu tidak menghancurkanmu seperti saat ini.”
“Kau tak usah ikut campur.”
“Aku hanya ingin menekan tombol cancel
sebelum mesin itu berjalan.”
“Kita bahkan tidak membicarakan mengenai
mesin disini.”
“Aku tahu, itu hanya perumpamaan. Kau mau
menghancurkan perasaannya? Kau ingin menghancurkan persahabatanmu sendiri?” Aku
melangkahkan kakiku untuk sedikit menyingkir dari pintu agar tidak terlihat
dari dalam.
“Seora, kau tahu? Bahkan aku yang lebih
dulu mengenal Chanyeol oppa, aku yang lebih dulu menyukainya! Bukan yeoja itu!”
Aku tersentak, apakah.. dia benar-benar Ji..sun?
“Jisun-ah…”
“Mengapa bukan aku yang menjadi yeojanya?!
Aku lebih baik darinya!” Kakiku melemas, aku mengangkat kepalaku. Kai..
“Kai..” Sahutku sangat pelan, ia berjalan
kearahku lalu menarik lenganku lembut.
“Kajja..” Bisiknya.
* * *
“Haerin-ah..” Aku terdiam, kuambil botol
air mineralku lalu meneguknya sampai habis.
“Kai.. aku.. haus..” Sahutku tersendat,
berusaha menahan isakanku.
“Kau sudah meminum 2 botol air mineral..”
Aku menggeleng lemah.
“Yaa..kau mau kemana??” Aku berjalan menuju
batas atap.
“Nam Haerin..” Aku tersenyum pahit.
“Bukankah aku sangat bodoh?” Kupejamkan
mataku, kupegang pagar pembatas di ujung atap ini.
“Kedekatan oppa.. dengan Jisun.. aku rasa
mereka memang sudah saling mencintai sejak awal.” Aku menutup rapat-rapat
mataku ketika kurasakan cairan itu akhirnya keluar.
“Aku..”
“Setahuku, Chanyeol hyung benar-benar
menyukaimu.. Kau tidak melihatnya? Tatapannya padamu berbeda dengan tatapannya
pada yeoja lain..” Aku menahan isakanku yang mulai terdengar, aku rasa Kai pun
dapat mendengarnya.
“Hanya saja, ia tidak bisa memperlihatkan
perasaannya secara langsung.” Kai menepuk bahu kananku.
“Dia memang seperti itu.” Aku mengusap air
mataku.
“Mianhae..” Suaraku terdengar serak.
“Kkk.. wae? Mengapa kau meminta maaf
padaku?” Aku menoleh kearah Kai.
“Jisun..” Sahutku, Kai menoleh dan balik
menatapku. Seulas senyum tipis terlukis di bibirnya.
“Aku hanya menyukai gayanya.” Aku
mengerutkan dahiku.
“Mwo…”
“Aaah.. kita bahkan membolos di jam
terakhir.. aku rasa itu akan membuat yang lainnya salah paham..” Kai tersenyum
lalu kembali menerawang ke depan.
“Kau hebat..” Sahutku.
“Hm?”
“Kau benar-benar hebat dalam menyembunyikan
perasaanmu sendiri Kai.” Bisa kudengar kekehannya.
“Ya.. aku memang hebat. Hey, apa kau tidak
merasa dingin?” Aku terdiam.
“Sedikit..” Ia berdecak.
“Seharusnya kita duduk disana, disini
benar-benar terasa dingin, kajja..” Ia menarikku ke bangku yang berada di dekat
pintu atap.
“Sejak kapan kau menyukai Jisun?”
“Sudah kukatakan aku hanya menyukai
gayanya..”
“Apa bedanya menyukai gaya seseorang dengan
menyukainya??” sahutku kesal, ia terkekeh.
“Tentu saja berbeda, menyukai gaya
seseorang dapat kita artikan bahwa kita adalah seorang fans. Sedangkan menyukai
seseorang.. aissh, aku tahu kau pun tahu maksudnya.” Aku tersenyum.
“Bagaimana dengan perasaanku pada Chanyeol
oppa? Apa itu hanya sebatas suka?”
“Tatap mataku.” Aku mengedip-ngedipkan
mataku, kuserongkan badanku kearah Kai.
“Eoh!” Sahutku lalu tersenyum.
“Hmm.. apa kau benar-benar menyukai Park
Chan Yeol??”
“Ofcourse!” Sahutku keras, Kai tersenyum.
“Kau pasti sangat menyukainya..”
“Tentu!” Sahutku bersemangat, Kai mengacak
rambutku.
“Sudahlah.. kau membuatku cemburu saja, aku
tahu kau benar-benar menyukai Chanyeol hyung.” Aku tersenyum.
“Tentu saja…”
“Hanya saja kau belum bisa mengendalikan
rasa cemburumu itu..” Aku terdiam lalu mengangguk.
“Belajarlah memahaminya arra?” Aku
mengangguk lagi.
“Goodgirl..”
* * *
Kantin belum tutup, dan aku sangat lapar
sore ini!
Aku memesan beberapa makanan tidak lupa
minumannya. Hanya beberapa menit sampai aku menghabiskan semua makananku.
Kuaduk-aduk minumanku, itu sudah menjadi kebiasaanku. Sekilas, aku mengingat obrolan
Jisun dan Seora di toilet tadi pagi.
“Oy!” Aku sedikit tersentak, kulihat
Baekhyun oppa tertawa kecil. Ia duduk di kursi yang berada di sebrang meja.
“Ah aku kira siapa..” Sahutku, aku kembali
mengaduk-aduk minumanku.
“Kau belum pulang?” aku menggeleng.
“Bagaimana dengan oppa?” Tanyaku.
“Hmm.. kau tidak tahu bahwa kelas 3 ada
pelajaran tambahan?” Aku menepuk dahiku sendiri.
“Ah aku lupa..” Sahutku.
“Kalian bertengkar lagi?” Aku menggeleng
lemah, Baekhyun oppa selalu tahu apa yang terjadi antara aku dan Chan oppa. Itu
karena Baekhyun oppa adalah sahabat dekat Chan oppa.
“Waeyo? Kalian benar-benar sama.. kau tahu?
Sejak tadi pagi namjachingumu terus saja melamun, yah seperti apa yang kulihat
saat ini.” Aku mengerutkan dahiku.
“Apa.. Chan oppa baik-baik saja?” Tanyaku
pelan, bisa kulihat kerutan muncul di dahi Baekhyun oppa.
“Mwo? Mengapa kau bertanya padaku? Kau bahkan
lebih tahu banyak tentangnya daripada aku yang hanya sebatas sahabatnya.”
Baekhyun oppa tertawa kecil.
“Aku dan Chan oppa.. sudah tidak memiliki
hubungan apa-apa lagi..” Sahutku sangat pelan.
“Ne?” Aku mengangkat kepalaku, menatap
kearah Baekhyun oppa yang terlihat kaget.
“Kau bercanda..”
“Ani oppa.. itulah sebabnya aku menanyakan
kabar Chan oppa padamu.” Baekhyun oppa sedikit menghela nafasnya.
“Kali ini masalah apa hm?” Tanyanya lembut,
aku menarik nafas dalam. Kupaksakan untuk tersenyum kearahnya.
“Seperti biasa, egoku terlalu tinggi.. aku
tidak akan pernah bisa mengontrol emosiku.. aku sadar oppa.. sepertinya kami
memang tidak cocok.” Aku tersenyum pahit.
“Ani! Kau hanya belum bisa mengontrolnya
Haerin-ah.. bicaralah baik-baik dengannya, Chanyeol akan selalu mendengarmu.
Percayalah.” Aku mengerjap-ngerjapkan mataku ketika kurasakan panas memenuhi
pelupuk mataku.
“Aah ani.. aku rasa memang ini yang
terbaik, Chanyeol oppa akan mendapatkan yeoja yang lebih baik dariku.. dan
aku.. tidaklah baik untuknya..” Aku menggigit bibirku, kurasakan cairan hangat
turun membasahi permukaan pipiku. Dengan cepat aku menutup wajahku dengan kedua
telapak tanganku, aku tidak ingin terlihat lemah di depan sahabat
namjachinguku.. ah ani.. he is not my boyfriend anymore..
“Uljima..” Aku merasakan sepasang tangan
melingkar di leherku dari arah belakang, dahiku berkerut. Tidak mungkin
Baekhyun oppa berani memelukku seperti ini..
Perlahan aku membuka telapak tanganku dari
wajahku, disana.. Baekhyun oppa masih duduk disana dengan senyuman lebarnya.
Kugigit bibirku, aku takut.. kudekap kedua tangan yang melingkar di leherku
itu. Aku menangis tersedu-sedu disana.
“Sssh.. siapa yang mengajarkanmu menjadi
yeoja cengeng seperti ini?” Bisiknya di telinga kananku, aku menggeleng lemah.
Kuatur nafasku, aku berusaha menghentikan tangisanku tapi tetap saja.
“Oppa.. hiks.. jebal...” Aku mencengkram
erat kedua lengan itu, aku tidak ingin kehilangannya.
Perlahan kedua lengan itu mengendur dan
lepas.. aku menutup kembali kedua mataku, aku sangat takut..
“Nam Haerin..” Kuatur nafasku, perlahan aku
membuka telapak tanganku.
Aku mengedip beberapa kali, pandanganku
sedikit buram karena air mataku sendiri. Detik selanjutnya aku merasakan
sepasang tangan menangkup wajahku dan mengusap lembut permukaan pipiku yang
basah. Kubuka mataku secara lebar, Park Chanyeol.. ia tersenyum kearahku..
senyuman itu, senyuman yang sama saat aku pertama mengenalnya.
“Kenapa kau menangis?” Aku mengangkat kedua
tanganku lalu menutup wajahku sendiri dengan telapak tanganku. Air mataku
kembali turun, aku tidak bisa berhenti menangis. Perasaanku sungguh campur aduk
saat ini.
“uljima.. sssh..” Aku sedikit mengeluarkan
suara, sungguh memalukan menangis di depan namja yang dulunya adalah
namjachingumu.
Ia melepas telapak tangannya dari kedua
pipiku, detik kemudian aku merasakan lengannya merengkuh badanku. Aku
tersentak, dia memelukku.. Park Chanyeol, namja ketus ini tengah memelukku?
Benarkah?
“Uljima..” Ia menepuk-nepuk punggungku
lembut.
“Hiks.. mian.. hae..”
“Ani.. ini salahku..” Aku menggeleng lemah.
“Jebal oppa..hiks..”
“Sssh.. I’m here..”
“Kajima.. hiks.. kajimara..” Aku benar-benar
tidak ingin ia pergi, aku sangat mencintai namja ini.
Bisa kurasakan anggukan kepalanya.
“I won’t never leave you.. no, I won’t..”
Kupeluk erat badannya dan menenggelamkan wajahku di dadanya.
* * *
“Mianhae..”
“Kkk.. Akhirnya rencana kita tidak
sia-sia..” Aku mengerucutkan bibirku melihat Jisun juga Seora yang berhigh-five
ria. Ya, obrolan mereka di toilet saat itu memang sudah mereka rencanakan..
Tentang Kai juga, haaahhh.. Mereka benar-benar keterlaluan..
“Gomawo.. chingu..” Sahutku lalu memeluk
mereka berdua.
THE END
0 komentar:
Posting Komentar