Main Cast : You as Hwang Jina
Park Chanyeol
Aku memundurkan badanku perlahan
menjauhinya.
'Apa yang akan ia lakukan..'
Author
P.O.V
Baekhyun
memblokir gerakan kaki milik Jina yang berusaha menaiki kasur, dan ia mulai
mencondongkan tubuhnya kearah Jina yang masih berada di posisinya, terduduk
diatas kasur dengan kedua kaki yang terjuntai kebawah.
“O..oppa..”
Jina semakin memundurkan badannya ketika Baekhyun mulai mendekatkan wajahnya,
kedua tangan Baekhyun berada di sisi kanan kiri Jina, menutup kesempatan
perempuan itu untuk kabur.
“Aku
mulai mengerti mengapa Chanyeol bisa jatuh hati padamu..” Baekhyun menyentuh
rambut coklat milik Jina yang terjuntai bebas di lengan gadis itu.
“Oppa..geumanhae..”
Jina menahan nafas takut ketika jemari milik Baekhyun menyentuh pipi mulusnya.
“Aku
yakin dia bahkan belum pernah menyentuhmu sekalipun..” Baekhyun tersenyum
melihat Jina yang menatapnya takut, seperti anak kecil yang akan diberi hukuman
oleh ayahnya.
“Jina-ya..
jadi milikku saja, kau akan bahagia denganku.. tidak dengan lelaki brengsek
itu.” Jina membelalakkan matanya ketika tiba-tiba Baekhyun mendorong kedua
bahunya sehingga membuatnya kini dalam posisi terbaring.
“Andwae!!”
Dengan sekuat tenaga Jina mendorong bahu Baekhyun yang entah sejak kapan menindih
tubuhnya yang kecil.
“Kau
bahkan tidak tahu seperti apa masa lalu Chanyeol, Jina-ya..” Baekhyun meringis
kecil seraya tersenyum mendapat dorongan keras di bahunya. Kedua matanya
menatap lurus kearah manik mata milik Jina yang terlihat sedikit berkaca-kaca
saat itu.
“Masa
lalunya tidak penting bagiku.” Baekhyun menyipitkan matanya, ia menghela nafas
lalu mengangkat tubuh atasnya sehingga posisinya kini hampir menduduki perut
milik Jina.
“Aku
rasa kau akan berubah pikiran jika sudah mengetahuinya. Mau kuberitahu Hwang
Jina?” Jina mengangkat kedua tangannya ketika tubuh Baekhyun kembali
menghimpitnya.
Pikiran-pikiran
negative mengenai Park Chanyeol mulai bermunculan, Jina menggeleng-gelengkan
kepalanya lalu menatap Baekhyun tanpa rasa takut sedikit pun.
“Aku
sangat suka tatapan menantangmu itu Jina..”
Baekhyun
kembali mendekatkan wajahnya, namun Jina tidak bergerak sedikit pun.
“Tetap
seperti itu, kau akan memudahkanku Jina.”
Seulas
senyum miring terlihat di wajah seorang Baekhyun, ia memiringkan wajahnya dan
menatap kearah bibir tipis milik Jina yang sedikit terbuka.
“Kalian
sudah berciuman?”
Jina
mengerjapkan matanya membuat Baekhyun tertawa kecil, ia mengangkat tangan
kananya dan menumpu badannya dengan tangan kirinya.
“Mengapa
aku selalu mendapatkan perempuan bekasnya?”
Jina
mengerutkan dahinya dan terkejut ketika Baekhyun mengusap pelan bibirnya
menggunakan jari tangan kanannya.
“Ssshh..
tenanglah.. aku janji aku akan lebih lembut darinya.”
Jina
menggelengkan kepalanya, sekuat apapun ia mencoba untuk tidak takut tetap saja
pikiran-pikiran mengenai apa yang akan Baekhyun lakukan padanya membuat gadis
itu ketakutan.
Jina
mengangkat tangannya dan berusaha menjauhkan tangan milik Baekhyun di bibirnya.
Baekhyun tersenyum kecil, ia menggenggam erat tangan mungil milik Jina yang
berusaha menyingkirkan tangannya itu dan menariknya keatas kepala gadis
tersebut.
“Tenagamu
cukup besar Hwang Jina.”
Jina
menggigit bibir bawahnya ketakutan ketika kedua tangannya terkurung diatas
kepalanya oleh Baekhyun.
“Aku
tak akan mau menyentuh apa yang sudah dia sentuh, kau tenang saja Hwang Jina.”
Jina
mengerjapkan matanya ketika kepala Baekhyun menunduk tepat di atas dadanya.
“Andwae!”
“Berteriaklah..
Tak akan ada yg mendengarmu disini.”
Kedua
kakinya memberontak ketika tangan kanan milik Baekhyun berusaha membuka kancing
depan bajunya.
“Baekhyun
oppa.. andwae.. hiks..”
Baekhyun
baru membuka kancing kedua, ia menatap kearah Jina yang saat itu meneteskan air
matanya. Jina menggelengkan kepalanya pelan memohon agar lelaki itu
mengurungkan niatnya.
Tatapannya
menjadi kosong, terdengar gertakan dari mulutnya. Sampai kemudian..
‘BREEEEEETTT!’
“ANDWAE!”
***
“Noona.. Aku hanya meminta satu permintaan padamu. Tolong jangan usik kehidupanku lagi, dan jangan coba-coba mencaritahu hubunganku dengan Jina.”
Perempuan
berambut hitam legam itu tersenyum kecil.
“Aku
benar-benar merindukanmu Chanyeol-ah. Bukankah kau juga merindukanku dan
tubuhku ini?”
Rahangnya
mengeras mendengar perkataan yang terlontar dari mulut gadis cantik
dihadapannya.
“Aku
sudah berubah noona, kumohon berhenti menghubungiku.”
Chanyeol
beranjak dari kursinya, pergi meninggalkan perempuan itu sendiri.
Senyuman
terukir di bibirnya.
“Wow..
Dia sudah banyak berubah, aku benar-benar menyukainya.”
***
Baekhyun
menatap kearah Jina yang sudah sangat berantakan, ia mematikan ponselnya
kembali melihat ekspresi perempuan di hadapannya itu.
‘Aku
benar-benar merindukanmu Chanyeol-ah. Bukankah kau juga merindukanku dan
tubuhku ini?’
Tangannya
memeluk erat kemeja bagian depannya yang terbuka akibat robekan yang dilakukan
Baekhyun sebelumnya.
“Melihat
ekspresimu saat ini.. aku tahu kau benar-benar terkejut.”
Baekhyun
kembali memeriksa keadaan Jina yang masih datar bahkan kosong seperti tak
bernyawa.
“Kuharap
kau masih bisa menerimanya Hwang Jina, bukankah kau mengatakan bahwa kau tidak
peduli bagaimana masa lalunya? Maka dari itu-”
“Lanjutkan
saja apa yang akan kau lakukan barusan.”
Baekhyun
terdiam, ia menatap lurus kearah perempuan yang tengah terduduk di atas kasur
milik adiknya itu.
“Kau
bahkan ingin menjadi seperti dia?”
“Lakukan
saja!”
Jina
bangkit dari kasur dan membuka kemejanya yang sedari tadi ia pertahankan untuk
menutup tubuhnya.
“Hwang
Jina-”
“Lakukan
kumohon!”
Perempuan
itu menarik keras tubuh Baekhyun dan mendorongnya keatas kasur.
“Kenapa
kau diam saja?!”
Baekhyun
menatap Jina yang saat ini menduduki perutnya, tatapan mata perempuan itu penuh
rasa sakit yang pernah ia lihat pada manik mata lain.
“Lakukanlah!”
Tangannya
menangkap kedua tangan mungil milik Jina yang berusaha membuka kancing
kemejanya.
“Kenapa
kau melakukan ini?”
Jina
berhenti, ia menatap kearah Baekhyun yang juga tengah menatapnya dengan tatapan
sedih.
Air
mata yang sedari tadi ia tahan mengalir begitu saja, perempuan itu menangis
pelan.
“Maaf.”
Perempuan
itu menatap kearah Baekhyun dengan kerutan di dahinya.
“Sudah
memberitahumu tentang hal ini.”
Tangisannya
semakin menjadi, Baekhyun menyingkirkan Jina dari atas tubuhnya pelan. Ia
berjalan kearah lemari dan mengambil satu kemeja milik Yoojin, adiknya.
“Maaf..”
Jina
masih menangis dalam diam, ia membiarkan Baekhyun membuka kemejanya lalu memakaikan
kemeja milik Yoojin di tubuhnya.
“Bersihkan
wajahmu.”
Baekhyun
menyodorkan kotak tisu kearah Jina, perempuan itu hanya menatapnya kosong,
sehingga mau tak mau lelaki itu kembali membantunya. Ia mengusap pelan wajah
halus milik Hwang Jina menggunakan tisu.
“Aku
terlalu membencinya.”
“Aku
ingin melihat dia hancur, karena ia juga telah menghancurkan adikku.”
Jina
mengangkat wajahnya menatap kearah Baekhyun, matanya kembali berkaca-kaca.
Melihat itu Baekhyun hanya tersenyum dan kembali melanjutkan.
“Adik
pertamaku, Yoojin adalah adik keduaku. Kau tidak tahu?”
“Yoojin..
eonni?”
Suaranya
sangat pelan dan terdengar sedikit serak, Baekhyun terdiam lalu mengangguk.
“Perempuan
yang bersama namjachingumu tadi.”
“Yoojin..”
“Ya,
dia tahu. Bukankah dia sangat membencimu? Dia baru tahu beberapa bulan ini.
Setelah tahu penyebab mengapa kakak perempuannya hampir gila bukankah ia
menjauhimu?”
Jina
menggeleng, air mata kembali jatuh di atas pipinya.
‘Tok
tok tok!’
Keduanya
sama-sama menoleh ke arah pintu.
“Oppa!”
“Tunggu
sebentar.”
Baekhyun
berjalan lalu membukakan pintu kamar Yoojin.
“Wae?
Kau darimana?”
Yoojin
menyingkirkan tubuh Baekhyun dari hadapannya, ia masuk dan langsung menutup
mulutnya ketika melihat perempuan yang ia kenal terduduk di atas kasurnya
dengan keadaan yang sedikit berantakan menggunakan kemejanya.
“Jinayaa..”
Jina
terdiam, ia menatap kosong kearah Yoojin yang berjalan pelan kearahnya.
“Jinaya..
Neo gwenchana?”
Jina
menghindar ketika Yoojin hendak menyentuh pundaknya.
“Aku..
akan pergi.”
Jina
beranjak dari kasur Yoojin, ia mengambil kemejanya dan kembali menatap Yoojin.
“Kemejamu..
akan aku kembalikan segera.”
***
‘Ting
Tong!’
“Ye!
Aish.. Chanyeol hyung..”
‘Cklek.’
“Oh..
Jina?”
Jina
memeluk erat kemeja miliknya di depan dada.
“Kai-ah..
boleh aku masuk?”
“O-eoh..
masuklah.”
Kai
membuatkan teh manis untuk Jina yang saat itu tengah berada di ruang TVnya.
“Minumlah.”
Jina
meminum satu gelas teh yang dibuatkan Kai untuknya, lelaki itu terdiam menatap
kearah Jina.
“Apa
yang kau bawa itu?”
“Oh..
ini kemeja, kau bisa menebaknya walaupun aku tidak memberitahumu.”
Kai
menatap lurus kearah Jina, ia melihat ada yang aneh dengan perempuan yang
berstatus sebagai temannya itu.
“Mau
kutelpon Chanyeol hyung?”
“Andwae!”
Baru
saja Kai akan merogoh sakunya, ia kembali mengurungkan niatnya.
“Ada
apa? Kalian bertengkar?”
Jina
terdiam lalu menggeleng.
“Lalu?”
“Kai-ah..
mengapa kau tidak memberitahuku?”
“Huh?”
Jina
tersenyum tipis lalu menatap kearah Kai.
“Boleh
aku meminjam handphonemu?”
“Ah..
ini..”
Kai
menatap lekat Jina dan keadaannya yang sedikit berantakan, ia bahkan penasaran
dengan kemeja yang terus Jina pegang.
“Eomma..”
Jina
berdiri dan tidak sadar menyimpan kemejanya di atas sofa, perempuan itu
berjalan menjauhi Kai.
“Ada
apa dengannya?”
Kai
kembali menatap kearah kemeja yang tergeletak di atas sofa di sampingnya, ia
menoleh kearah Jina yang sibuk dengan teleponnya di dapur. Akhirnya Kai
mengambil kemeja itu dan membentangkannya. Matanya membulat ketika melihat
hampir semua kancing di kemeja itu terlepas, ia mengerutkan dahi berusaha
menebak kemeja siapa yang Jina bawa itu.
“Ne
eomma..”
Kai
kembali melipat kemejanya asal dan menyimpannya di tempat semula. Ia melihat
Jina menutup teleponnya dan berjalan kearahnya.
“Gomawo
Kai-ah..”
“Eoh.”
Kai
melihat Jina langsung mengambil kemeja tadi dan memeluknya erat.
“Aku
akan berada disini beberapa menit sampai eomma datang.”
“Ya
tinggal lah dulu. Kau lapar?”
Jina
menggeleng pelan.
“Baiklah
jika kau butuh sesuatu aku ada di kamarku.”
Kai
menekan tombol ‘call’.
“Hyung,
Jina ada di apartemenku.”
‘Mwo?
Dia mencariku?’
“Err..
itu yang membuatku bingung karena dia bahkan tidak mau aku menghubungimu.”
‘Dia
baik-baik saja bukan? Oke aku akan ke apartemenmu sekarang juga.’
“Yak
hyung-”
‘Tuuut.’
“Aish
jinjja.. orang ini.”
‘Ting
Tong!’
Kai
bergegas keluar dari kamarnya, ia melihat Jina yang juga berdiri dengan tatapan
lurus kearah pintu.
“Ibumu?”
“Mungkin.”
Kai
bergegas melihat siapa yang ada di layar.
“Ah..
Kurasa dia ibumu.”
Jina
berjalan mendekat.
‘cklek’
“Jinaya?”
“Eomma..”
Jina
menghambur ke pelukan seorang wanita paruh baya dengan gaya yang sedikit elegan
dari usianya.
“Aigo
Aigoo..”
Kai
sedikit mengerutkan dahinya ketika melihat Jina yang langsung menangis di
pelukan ibunya.
“Terimakasih
sudah menampung Jina, kami pamit duluan.”
“Ah
ye..”
“Gomawo
Kai.”
Jina
mengatakannya tanpa melihat kearah Kai, mereka pun pergi meninggalkan Kai yang
masih berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan di pikirannya.
“Bukankah
kemeja itu miliknya?”
“Jika
iya.. mengapa semua kancingnya terlepas?”
Kai mulai menerka-nerka apa yang telah terjadi pada temannya itu.
“Kai!”
Kai
mengangkat wajahnya.
“Eoh
hyung!”
“Hhh..
Jina.. dimana Jina?”
“Dia
baru saja dijemput ibunya.”
“Eomonim?”
Kai
mengangguk.
“Ya..
ya.. Kai-ah, apakah kondisi Jina benar baik-baik saja?”
“Aku
ragu hyung, dia tampak menutupi sesuatu dariku.”
“Mwo?
Dia terlihat sakit?”
“Sepertinya..
ani, aku rasa kau harus bertanya langsung padanya hyung.”
“Issh!
Katakan padaku!”
“Tanyakan
saja padanya siapa orang terakhir yang ia temui hyung!”
Chanyeol
terdiam.
“Jadi
Jinaku tidak baik-baik saja barusan?”
“Tanyakan
saja padanya hyung.”
“Aissh!
Itu alasannya mengapa ia menelpon eommonim bukannya aku!”
Kai
mengerutkan dahinya.
“Masuklah,
kau harus sedikit tenang hyung. Apa kau bertemu dia lagi?”
Tak
ada jawaban yang diberikan Chanyeol, Kai menghembuskan nafasnya.
“Hyung,
bukankah sudah kubilang agar kau tidak menuruti keinginan wanita itu?”
“Itu
pertemuan terakhir kami.”
“Bisa
saja ia merencakan sesuatu yang jahat.”
Kai menghembuskan nafasnya mulai menerka hal yang paling ia takuti saat ini yang menimpa temannya sekaligus yeojachingu dari hyungnya itu.
***
(To Be Continued)~
0 komentar:
Posting Komentar