Selasa, 16 Januari 2018

My Girl (Part 2)



Main Cast : You as Hwang Jina
                  Park Chanyeol

Aku memundurkan badanku perlahan menjauhinya.
'Apa yang akan ia lakukan..'

Author P.O.V
Baekhyun memblokir gerakan kaki milik Jina yang berusaha menaiki kasur, dan ia mulai mencondongkan tubuhnya kearah Jina yang masih berada di posisinya, terduduk diatas kasur dengan kedua kaki yang terjuntai kebawah.

“O..oppa..” Jina semakin memundurkan badannya ketika Baekhyun mulai mendekatkan wajahnya, kedua tangan Baekhyun berada di sisi kanan kiri Jina, menutup kesempatan perempuan itu untuk kabur.

“Aku mulai mengerti mengapa Chanyeol bisa jatuh hati padamu..” Baekhyun menyentuh rambut coklat milik Jina yang terjuntai bebas di lengan gadis itu.

“Oppa..geumanhae..” Jina menahan nafas takut ketika jemari milik Baekhyun menyentuh pipi mulusnya.

“Aku yakin dia bahkan belum pernah menyentuhmu sekalipun..” Baekhyun tersenyum melihat Jina yang menatapnya takut, seperti anak kecil yang akan diberi hukuman oleh ayahnya.

“Jina-ya.. jadi milikku saja, kau akan bahagia denganku.. tidak dengan lelaki brengsek itu.” Jina membelalakkan matanya ketika tiba-tiba Baekhyun mendorong kedua bahunya sehingga membuatnya kini dalam posisi terbaring.

“Andwae!!” Dengan sekuat tenaga Jina mendorong bahu Baekhyun yang entah sejak kapan menindih tubuhnya yang kecil.

“Kau bahkan tidak tahu seperti apa masa lalu Chanyeol, Jina-ya..” Baekhyun meringis kecil seraya tersenyum mendapat dorongan keras di bahunya. Kedua matanya menatap lurus kearah manik mata milik Jina yang terlihat sedikit berkaca-kaca saat itu.

“Masa lalunya tidak penting bagiku.” Baekhyun menyipitkan matanya, ia menghela nafas lalu mengangkat tubuh atasnya sehingga posisinya kini hampir menduduki perut milik Jina.

“Aku rasa kau akan berubah pikiran jika sudah mengetahuinya. Mau kuberitahu Hwang Jina?” Jina mengangkat kedua tangannya ketika tubuh Baekhyun kembali menghimpitnya.

Pikiran-pikiran negative mengenai Park Chanyeol mulai bermunculan, Jina menggeleng-gelengkan kepalanya lalu menatap Baekhyun tanpa rasa takut sedikit pun.

“Aku sangat suka tatapan menantangmu itu Jina..”
Baekhyun kembali mendekatkan wajahnya, namun Jina tidak bergerak sedikit pun.

“Tetap seperti itu, kau akan memudahkanku Jina.”
Seulas senyum miring terlihat di wajah seorang Baekhyun, ia memiringkan wajahnya dan menatap kearah bibir tipis milik Jina yang sedikit terbuka.

“Kalian sudah berciuman?”
Jina mengerjapkan matanya membuat Baekhyun tertawa kecil, ia mengangkat tangan kananya dan menumpu badannya dengan tangan kirinya.

“Mengapa aku selalu mendapatkan perempuan bekasnya?”
Jina mengerutkan dahinya dan terkejut ketika Baekhyun mengusap pelan bibirnya menggunakan jari tangan kanannya.

“Ssshh.. tenanglah.. aku janji aku akan lebih lembut darinya.”
Jina menggelengkan kepalanya, sekuat apapun ia mencoba untuk tidak takut tetap saja pikiran-pikiran mengenai apa yang akan Baekhyun lakukan padanya membuat gadis itu ketakutan.
Jina mengangkat tangannya dan berusaha menjauhkan tangan milik Baekhyun di bibirnya. Baekhyun tersenyum kecil, ia menggenggam erat tangan mungil milik Jina yang berusaha menyingkirkan tangannya itu dan menariknya keatas kepala gadis tersebut.

“Tenagamu cukup besar Hwang Jina.”
Jina menggigit bibir bawahnya ketakutan ketika kedua tangannya terkurung diatas kepalanya oleh Baekhyun.

“Aku tak akan mau menyentuh apa yang sudah dia sentuh, kau tenang saja Hwang Jina.”
Jina mengerjapkan matanya ketika kepala Baekhyun menunduk tepat di atas dadanya.

“Andwae!”

“Berteriaklah.. Tak akan ada yg mendengarmu disini.”
Kedua kakinya memberontak ketika tangan kanan milik Baekhyun berusaha membuka kancing depan bajunya.

“Baekhyun oppa.. andwae.. hiks..”
Baekhyun baru membuka kancing kedua, ia menatap kearah Jina yang saat itu meneteskan air matanya. Jina menggelengkan kepalanya pelan memohon agar lelaki itu mengurungkan niatnya. 

Tatapannya menjadi kosong, terdengar gertakan dari mulutnya. Sampai kemudian..
‘BREEEEEETTT!’
“ANDWAE!”
 ***

“Noona.. Aku hanya meminta satu permintaan padamu. Tolong jangan usik kehidupanku lagi, dan jangan coba-coba mencaritahu hubunganku dengan Jina.”
Perempuan berambut hitam legam itu tersenyum kecil.

“Aku benar-benar merindukanmu Chanyeol-ah. Bukankah kau juga merindukanku dan tubuhku ini?”

Rahangnya mengeras mendengar perkataan yang terlontar dari mulut gadis cantik dihadapannya.

“Aku sudah berubah noona, kumohon berhenti menghubungiku.”
Chanyeol beranjak dari kursinya, pergi meninggalkan perempuan itu sendiri.
Senyuman terukir di bibirnya.

“Wow.. Dia sudah banyak berubah, aku benar-benar menyukainya.”
 ***

Baekhyun menatap kearah Jina yang sudah sangat berantakan, ia mematikan ponselnya kembali melihat ekspresi perempuan di hadapannya itu.
‘Aku benar-benar merindukanmu Chanyeol-ah. Bukankah kau juga merindukanku dan tubuhku ini?’
Tangannya memeluk erat kemeja bagian depannya yang terbuka akibat robekan yang dilakukan Baekhyun sebelumnya.

“Melihat ekspresimu saat ini.. aku tahu kau benar-benar terkejut.”
Baekhyun kembali memeriksa keadaan Jina yang masih datar bahkan kosong seperti tak bernyawa. 

“Kuharap kau masih bisa menerimanya Hwang Jina, bukankah kau mengatakan bahwa kau tidak peduli bagaimana masa lalunya? Maka dari itu-”

“Lanjutkan saja apa yang akan kau lakukan barusan.”
Baekhyun terdiam, ia menatap lurus kearah perempuan yang tengah terduduk di atas kasur milik adiknya itu.

“Kau bahkan ingin menjadi seperti dia?”

“Lakukan saja!”
Jina bangkit dari kasur dan membuka kemejanya yang sedari tadi ia pertahankan untuk menutup tubuhnya.

“Hwang Jina-”

“Lakukan kumohon!”
Perempuan itu menarik keras tubuh Baekhyun dan mendorongnya keatas kasur. 

“Kenapa kau diam saja?!”
Baekhyun menatap Jina yang saat ini menduduki perutnya, tatapan mata perempuan itu penuh rasa sakit yang pernah ia lihat pada manik mata lain.

“Lakukanlah!”
Tangannya menangkap kedua tangan mungil milik Jina yang berusaha membuka kancing kemejanya.

“Kenapa kau melakukan ini?”
Jina berhenti, ia menatap kearah Baekhyun yang juga tengah menatapnya dengan tatapan sedih.
Air mata yang sedari tadi ia tahan mengalir begitu saja, perempuan itu menangis pelan. 

“Maaf.”
Perempuan itu menatap kearah Baekhyun dengan kerutan di dahinya.

“Sudah memberitahumu tentang hal ini.”
Tangisannya semakin menjadi, Baekhyun menyingkirkan Jina dari atas tubuhnya pelan. Ia berjalan kearah lemari dan mengambil satu kemeja milik Yoojin, adiknya.

“Maaf..”
Jina masih menangis dalam diam, ia membiarkan Baekhyun membuka kemejanya lalu memakaikan kemeja milik Yoojin di tubuhnya.

“Bersihkan wajahmu.”
Baekhyun menyodorkan kotak tisu kearah Jina, perempuan itu hanya menatapnya kosong, sehingga mau tak mau lelaki itu kembali membantunya. Ia mengusap pelan wajah halus milik Hwang Jina menggunakan tisu.

“Aku terlalu membencinya.”

“Aku ingin melihat dia hancur, karena ia juga telah menghancurkan adikku.”
Jina mengangkat wajahnya menatap kearah Baekhyun, matanya kembali berkaca-kaca. Melihat itu Baekhyun hanya tersenyum dan kembali melanjutkan.

“Adik pertamaku, Yoojin adalah adik keduaku. Kau tidak tahu?”

“Yoojin.. eonni?”
Suaranya sangat pelan dan terdengar sedikit serak, Baekhyun terdiam lalu mengangguk.

“Perempuan yang bersama namjachingumu tadi.”

“Yoojin..”

“Ya, dia tahu. Bukankah dia sangat membencimu? Dia baru tahu beberapa bulan ini. Setelah tahu penyebab mengapa kakak perempuannya hampir gila bukankah ia menjauhimu?”
Jina menggeleng, air mata kembali jatuh di atas pipinya.

‘Tok tok tok!’
Keduanya sama-sama menoleh ke arah pintu.

“Oppa!”

“Tunggu sebentar.”
Baekhyun berjalan lalu membukakan pintu kamar Yoojin.

“Wae? Kau darimana?”
Yoojin menyingkirkan tubuh Baekhyun dari hadapannya, ia masuk dan langsung menutup mulutnya ketika melihat perempuan yang ia kenal terduduk di atas kasurnya dengan keadaan yang sedikit berantakan menggunakan kemejanya.

“Jinayaa..”
Jina terdiam, ia menatap kosong kearah Yoojin yang berjalan pelan kearahnya.

“Jinaya.. Neo gwenchana?”
Jina menghindar ketika Yoojin hendak menyentuh pundaknya.

“Aku.. akan pergi.”
Jina beranjak dari kasur Yoojin, ia mengambil kemejanya dan kembali menatap Yoojin.

“Kemejamu.. akan aku kembalikan segera.”
 ***

‘Ting Tong!’
“Ye! Aish.. Chanyeol hyung..”

‘Cklek.’

“Oh.. Jina?”
Jina memeluk erat kemeja miliknya di depan dada.

“Kai-ah.. boleh aku masuk?”

“O-eoh.. masuklah.”
Kai membuatkan teh manis untuk Jina yang saat itu tengah berada di ruang TVnya.

“Minumlah.”
Jina meminum satu gelas teh yang dibuatkan Kai untuknya, lelaki itu terdiam menatap kearah Jina.

“Apa yang kau bawa itu?”

“Oh.. ini kemeja, kau bisa menebaknya walaupun aku tidak memberitahumu.”
Kai menatap lurus kearah Jina, ia melihat ada yang aneh dengan perempuan yang berstatus sebagai temannya itu.

“Mau kutelpon Chanyeol hyung?”

“Andwae!”
Baru saja Kai akan merogoh sakunya, ia kembali mengurungkan niatnya.

“Ada apa? Kalian bertengkar?”
Jina terdiam lalu menggeleng.

“Lalu?”

“Kai-ah.. mengapa kau tidak memberitahuku?”

“Huh?”
Jina tersenyum tipis lalu menatap kearah Kai.

“Boleh aku meminjam handphonemu?”

“Ah.. ini..”
Kai menatap lekat Jina dan keadaannya yang sedikit berantakan, ia bahkan penasaran dengan kemeja yang terus Jina pegang.

“Eomma..”
Jina berdiri dan tidak sadar menyimpan kemejanya di atas sofa, perempuan itu berjalan menjauhi Kai.

“Ada apa dengannya?”
Kai kembali menatap kearah kemeja yang tergeletak di atas sofa di sampingnya, ia menoleh kearah Jina yang sibuk dengan teleponnya di dapur. Akhirnya Kai mengambil kemeja itu dan membentangkannya. Matanya membulat ketika melihat hampir semua kancing di kemeja itu terlepas, ia mengerutkan dahi berusaha menebak kemeja siapa yang Jina bawa itu.

“Ne eomma..”
Kai kembali melipat kemejanya asal dan menyimpannya di tempat semula. Ia melihat Jina menutup teleponnya dan berjalan kearahnya.

“Gomawo Kai-ah..”

“Eoh.”
Kai melihat Jina langsung mengambil kemeja tadi dan memeluknya erat.

“Aku akan berada disini beberapa menit sampai eomma datang.”

“Ya tinggal lah dulu. Kau lapar?”
Jina menggeleng pelan.

“Baiklah jika kau butuh sesuatu aku ada di kamarku.”
Kai menekan tombol ‘call’.

“Hyung, Jina ada di apartemenku.”

‘Mwo? Dia mencariku?’

“Err.. itu yang membuatku bingung karena dia bahkan tidak mau aku menghubungimu.”

‘Dia baik-baik saja bukan? Oke aku akan ke apartemenmu sekarang juga.’

“Yak hyung-”

‘Tuuut.’

“Aish jinjja.. orang ini.”

‘Ting Tong!’
Kai bergegas keluar dari kamarnya, ia melihat Jina yang juga berdiri dengan tatapan lurus kearah pintu.

“Ibumu?”

“Mungkin.”
Kai bergegas melihat siapa yang ada di layar.

“Ah.. Kurasa dia ibumu.”
Jina berjalan mendekat.

‘cklek’

“Jinaya?”

“Eomma..”
Jina menghambur ke pelukan seorang wanita paruh baya dengan gaya yang sedikit elegan dari usianya.

“Aigo Aigoo..”
Kai sedikit mengerutkan dahinya ketika melihat Jina yang langsung menangis di pelukan ibunya.

“Terimakasih sudah menampung Jina, kami pamit duluan.”

“Ah ye..”

“Gomawo Kai.”
Jina mengatakannya tanpa melihat kearah Kai, mereka pun pergi meninggalkan Kai yang masih berkutat dengan pertanyaan-pertanyaan di pikirannya.

“Bukankah kemeja itu miliknya?”

“Jika iya.. mengapa semua kancingnya terlepas?”
Kai mulai menerka-nerka apa yang telah terjadi pada temannya itu.
 
“Kai!”
Kai mengangkat wajahnya.

“Eoh hyung!”

“Hhh.. Jina.. dimana Jina?”

“Dia baru saja dijemput ibunya.”

“Eomonim?”
Kai mengangguk.

“Ya.. ya.. Kai-ah, apakah kondisi Jina benar baik-baik saja?”

“Aku ragu hyung, dia tampak menutupi sesuatu dariku.”

“Mwo? Dia terlihat sakit?”

“Sepertinya.. ani, aku rasa kau harus bertanya langsung padanya hyung.”

“Issh! Katakan padaku!”

“Tanyakan saja padanya siapa orang terakhir yang ia temui hyung!”
Chanyeol terdiam.

“Jadi Jinaku tidak baik-baik saja barusan?”

“Tanyakan saja padanya hyung.”

“Aissh! Itu alasannya mengapa ia menelpon eommonim bukannya aku!”
Kai mengerutkan dahinya.

“Masuklah, kau harus sedikit tenang hyung. Apa kau bertemu dia lagi?”
Tak ada jawaban yang diberikan Chanyeol, Kai menghembuskan nafasnya.

“Hyung, bukankah sudah kubilang agar kau tidak menuruti keinginan wanita itu?”

“Itu pertemuan terakhir kami.”

“Bisa saja ia merencakan sesuatu yang jahat.”
Kai menghembuskan nafasnya mulai menerka hal yang paling ia takuti saat ini yang menimpa temannya sekaligus yeojachingu dari hyungnya itu. 

***

(To Be Continued)~

0 komentar:

Posting Komentar