Selasa, 16 Januari 2018

My Girl (Part 1)



Main Cast    : You as Hwang Jina
                     Park Chanyeol
Chanyeol P.O.V
“Oppa..” Aku tersenyum melihatnya melangkah mundur.

“Wae? Bukankah ini yang kau inginkan?” Aku melangkah mendekat kearahnya yang sudah berhenti melangkah mundur karena di belakangnya terdapat tembok yang menghalangi jalannya. Ia menundukkan kepalanya ketika tubuhku sudah berdiri tepat di hadapannya, jarak kami hanya 10 cm.. Aku bisa melihat semburat merah di pipinya.

“A..aniya..” Jawabnya pelan, aku maju selangkah lagi sehingga kami benar-benar hampir menempel, mau tidak mau ia mengangkat wajahnya dan menatap lurus kearah bajuku. Yeojachinguku ini tidak terlalu tinggi, kepalanya hanya mencapai dadaku.


“Jina-ya..” Aku mengangkat dagunya sehingga ia sedikit mendongak kearahku. Matanya berkedip-kedip mencari objek lain di kamarku yang bisa ia tatap selain menatapku. Aku tertawa pelan melihatnya.

“Tatap aku..” Ia menarik nafasnya pelan, dan perlahan ia mengalihkan pandangannya itu kearahku. Mata coklat mudanya benar-benar bisa memikat semua namja yang menatapnya.

“Apa kau tidak takut padaku?” Tanyaku langsung, jujur saja, aku benar-benar terkejut ketika mendengar perkataan polosnya tadi.

“Aku..” Bibir tipisnya mengatup kembali, ia takut.. ya, kau takut padaku Hwang Jina. Bagaimanapun aku ini seorang namja.

“Biar kutebak, kau termakan omongan teman-temanmu itu hm?” Ya, itu pasti.. teman-temannya selalu menceritakan namjachingu mereka kepada Jina. Dan aku tahu semuanya karena aku pernah membaca buku diary yeojachinguku ini.

“A..aniya.. aku..” Matanya kembali tidak fokus, aku tersenyum kecil melihat yeoja manis di depanku ini.

“Sst.. aku tahu semuanya.. Dan apa kau tahu mengapa aku tak pernah berani menyentuhmu?” Aku menyentuh rambut panjangnya yang menutupi pipi kirinya, kumainkan rambut coklatnya itu sambil terus kutatap matanya yang tak berani menatapku.

“Nan..mollaseo..” Jawabnya pelan, aku menghembuskan nafasku. Ini memang bukan yang pertama kalinya terjadi, tapi entah mengapa aku sedikit resah jika ia terus-menerus bersikap seperti ini.

“Jika kau berpikir aku tidak pernah menyentuhmu karena aku tidak tertarik padamu itu salah..” 

“Kalau bukan karena itu, kenapa kau tak pernah menyentuhku?” Aku terkejut ketika mendengar kalimat yang keluar dari bibir tipisnya, Jina menatapku lurus menunggu jawabanku.

“Hwang Jina..” 

“Oppa, teman-temanku mengatakan jika seorang namjachingu tidak pernah mencium atau melakukan skinship dengan yeojanya itu tandanya dia tidak mencintainya!” Sahutnya lancar dengan satu tarikan nafas, aku menghela nafasku. Mungkin ini puncaknya, beberapa minggu yang lalu diapun seperti ini, tapi ia masih mau menerima alasannya. Bukankah alasan yang dulu aku berikan itu sangatlah logis? Ya, aku tidak ingin menodainya sebelum waktunya tiba, apa itu salah?

“Jina, apa dengan melakukan skinship seperti itu akan menjamin bahwa sepasang kekasih akan selalu mencintai?” Tanyaku, ia terdiam.

“Setidaknya itu membuktikan bahwa..” 

“Jina-ya.. kau percaya padaku bukan?” Aku memegang kedua pundaknya dan sedikit menundukkan kepalaku agar sejajar dengannya.

“Jika kau percaya padaku, kau tidak akan pernah menuntut seperti ini.” Ia mengalihkan pandangannya ke samping, aku menghembuskan nafasku.

“Arraseo..” Ucapnya pelan, aku tersenyum kecil melihatnya. 

“Oppa, bisakah kau melepaskan tanganmu dari pundakku?” Aku kembali menegakkan badanku dan melepaskan kedua tanganku dari pundaknya.

“Aku pulang..” Ia berjalan melewatiku, hhh.. kupejamkan mataku, detik berikutnya aku kembali membuka mataku dan berbalik. Aku berjalan cepat kearah gadis yang tinggal beberapa langkah lagi mendekati pintu kamarku itu, kutarik lengannya sehingga ia berbalik kearahku.

“Wae?” Tanyanya dengan ekspresi datar, aku menatapnya lurus.
“Mianhae..” Tangan kiriku menarik pinggangnya, dan tangan kananku memegang tengkuknya agar mendekat.

 Hwang Jina P.O.V
Aku terkejut ketika Chanyeol oppa menarik tubuhku, detik berikutnya aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh permukaan bibirku. Bisa kulihat Chanyeol oppa yang tengah menutup matanya, ia menggerakkan bibirnya dan itu cukup membuatku terkesiap. Aku memegang tangannya yang melingkar di pinggangku. 

“mmh..” Aku memejamkan kedua mataku rapat-rapat ketika merasakan kepalanya bergerak ke kanan, kuremas pelan ujung kaosnya.
Bibirnya mengulum bibir atas dan bibir bawahku bergantian, rasanya sangat aneh. Tangannya yang berada di tengkukku kini bergerak kearah telinga kiriku, ia memainkan daun telingaku pelan membuatku merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhku. 

Aku masih tetap pada posisiku, entah sudah berapa menit Chanyeol oppa menciumi bibirku. Mataku terus ku tutup rapat-rapat ketika kurasakan ia menggigit kecil bibirku, aku meringis namun detik berikutnya bulu romaku berdiri ketika merasakan sesuatu yang masuk ke dalam mulutku. Aku merasakannya, lidahnya bermain di dalam rongga mulutku. Tangannya yang melingkar di pinggangku kini beralih masuk ke dalam blouse yang kukenakan. Dengan cepat aku menahan tangannya yang berhasil menyentuh tubuhku, aku mendorong pelan bahunya namun Chanyeol oppa tak kunjung melepaskan pelukannya yang entah sejak kapan tubuh kami menempel seperti saat ini. Ia melepaskan ciumannya, aku menghela nafasku lega.

“Aakh oppa!” Aku menjerit ketika kurasakan sesuatu yang basah menyentuh kulit leherku, rasanya sangat menggelikan! Daerah leher merupakan daerah sensitifku, aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya namun lengannya sangat kuat. Ia bahkan menarik tubuhku lebih dekat sehingga wajahku menempel di pundaknya.
“Oppaa.. jeball..hhh..” 

Chanyeol P.O.V
Aku menggigit lehernya pelan, kuhisap bekas gigitanku tadi.
“Aakh oppa!” Kuhiraukan teriakannya tadi, entahlah.. aku tak ingin melepaskannya saat ini.

Tangan kecilnya mendorong kedua bahuku membuatku mau tak mau melepaskan bibirku dari daerah lehernya. Aku menatapnya yang menatapku takut. Bisa kulihat ia mengatur nafasnya yang memburu, aku mengelap sudut bibirku dengan punggung tanganku. Kutarik senyuman di sudut bibirku ketika melihat wajah ketakutannya. Aku kembali melangkah mendekat sedangkan ia kembali mundur seperti beberapa waktu yang lalu. 

‘dduk!’ tubuhnya berhenti tepat di pintu kamarku.
“Oppa..” Ia menatapku takut-takut, aku kembali mensejajarkan wajah kami. Ia menggeleng pelan seperti anak kecil yang akan diberi hukuman oleh orang tuanya. Aku memiringkan kepalaku kearah lehernya.

“Andwae.. Oppa jebal..” Tangannya menahan kedua bahuku, bisa kulihat bahunya sedikit bergetar.

“Bukankah kau yang menginginkannya?” Bisikku tepat di telinga kanannya, kutiup pelan telinganya yang memerah. Ia menggelengkan kepalanya pelan.

“Geumanhae oppa.. hiks..” Aku memejamkan mataku rapat, ini hukumanmu Hwang Jina..

Aku merengkuh tubuh kecilnya ke dalam pelukanku, tubuhnya bergetar hebat setelah itu. Bisa kudengar isakan tangisnya.

“Oppa jebal.. hiks..” Aku mengelus-elus punggungnya pelan, hhh.. 

“Sssh.. uljima..” 
~ ~ ~

Aku menyodorkan air mineral kearahnya yang kini tengah duduk di ranjangku. Ia mengambil gelas di tanganku lalu meneguknya sampai habis, setelah itu ia menyerahkan gelas itu kearahku. Aku tertawa kecil melihat matanya yang sembab karena menangis tadi.

Setelah menyimpan gelas diatas mejaku, aku kembali berjalan kearah Jina yang sedari tadi hanya diam. Aku berjongkok di hadapannya.

“Kau terlihat jelek dengan mata sembabmu itu..” Sahutku, tangan kananku mengusap pelan pipi kirinya. 

“Kenapa kau menangis?” Tanyaku pelan, gadis itu menundukkan kepalanya. 

“Jawab aku Hwang Jina..” Sahutku mengangkat dagunya dengan tangan kananku pelan.

“Kau menakutkan oppa..” Aku tertawa mendengarnya, ia mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil. Bisa kulihat semburat merah di sekitar pipinya.

“Hwang Jina.. kau.. hahaha..” Aku menutup mulutku dengan tangan kananku, badanku terjungkal ke belakang.

“Oppa.. itu tidak lucu..” Aku mengusap air mata di sudut mataku, aah dia benar-benar masih polos.. itulah mengapa aku tidak ingin melakukan skinship seperti yang ia minta beberapa jam yang lalu.

“Haaahh.. kau itu masih terlalu polos dalam hal-hal seperti tadi..” Dahinya berkerut mendengar penuturanku.

“Jina-ya.. aku minta maaf karena telah membuatmu takut. Sebenarnya aku tidak bermaksud menakutimu, karena memang itulah skinship yang kau bicarakan sejak tadi.” Ia terdiam.

“Bahkan itu masih permulaan..” Sambungku, ia menatapku takut, aku tersenyum kearahnya.

“Oppa..”

“Issh aku tak bermaksud melanjutkannya..” Sahutku, ia menghembuskan nafasnya.

“Mianhae oppa..” 

“Hm?”

“Mianhae.. aku memang tidak tahu apa-apa.. dan bodohnya aku termakan oleh perkataan teman-temanku.. karena mereka mengatakan bahwa skinship itu..” Aku menunggu kelanjutan perkataannya.

“mm.. yaa.. aah, lupakanlah!” 

“Wae?? Kau tak bisa memotong perkataanmu sendiri, katakan padaku lanjutan perkataanmu tadi.” Sahutku, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“err.. Aniyo oppa! Aku.. aku lupa..” Aku memicingkan mataku.

“Sungguh!” Aku bangkit dari dudukku dan mendekat kearahnya.

“Oppa!” Ia berlari menghindariku, aku pun mengejarnya.

“Hwang Jina.. katakan padaku!” Sahutku, issh.. ia berlari sangat lincah.

“Andwae!” Ia keluar dari kamarku, aku mengejarnya sampai ke lantai bawah.

“Eomonim!”

“Ah! Jina-ya.. wae??” Aku mengatur nafasku setelah kakiku berhasil mendarat di lantai bawah. Kulihat Jina bersembunyi di balik badan eomma.

“Chanyeol oppa.. dia akan memukulku..” Aku membelalakan mataku.

“Mwo?! Yak! Park Chanyeol! Siapa yang mengajarimu melakukan kekerasan pada calon menantu eomma huh?!” Aku mendengus ketika mendengar omelan eomma, bisa kulihat Jina yang terkekeh melihatku. Aku menatapnya tajam.

“Eomma.. dia berbohong, mana mungkin aku tega melakukan kekerasan pada calon istriku??” Aku menghindar dari kejaran eomma yang hendak memukulku, ya.. eomma selalu memukul pantatku jika aku melakukan kesalahan pada calon menantu kesayangannya itu. ckck..

Hwang Jina P.O.V
Aku tertawa melihat Chanyeol oppa yang meringis ketika pantatnya mendarat di sofa empuk milik keluarga Park. 

“Yaa oppa, apa sofa ini kurang empuk untukmu?? aku akan meminta eomonim membeli sofa yang lebih empuk kalau begitu.. kkk..” Chanyeol oppa menoleh dan menatapku tajam.

“Ini semua salahmu anak kecil..” Aku mendengus ketika mendengarnya memanggilku dengan sebutan anak kecil.

“Wae?” Tanyanya dengan wajah menyebalkan, isssh..

“Aku bukan anak kecil arra?” Sahutku, ia terkekeh.

“Sudah jelas-jelas kau itu anak kecil Jina-yaa..” Aku menatapnya sebal, kami memang berbeda 3 tahun.. tapi.. aku sudah di tahun ke 18!!

“Yak! Sudah jelas-jelas kau yang tua!” Sahutku, ia mendengus.

“Aah terserah kau anak kecil..” Sahutnya lalu pergi.
Aku hanya menatap punggungnya yang menghilang di balik tembok dapur. Hhh.. Aku jadi ingat kejadian tadi, kenapa namja itu benar-benar menakutkan? Issh.. aku tak akan pernah mau lagi termakan oleh perkataan Yoojin!
‘drrrt..drrrt..drrt..’ 

“Omoo! Issh mengagetkan saja!” Aku langsung meraih handphoneku yang sejak tadi kuletakkan diatas meja.

“Yoojin?” Aku langsung menerima telepon dari Yoojin.

“Ne.. Yoojin-ah..” Aku sedikit mengerutkan dahiku.

“Mwo?? Aissh.. ne..ne..” 
‘plip..’ Aku melirik kearah jam dinding yang tertempel manis di ruang TV ini.

“Arraseo..” Aku bangkit dari sofa dan berbalik.

“Woaaaa!” Chanyeol oppa tiba-tiba saja sudah berdiri tepat di depanku, badannya yang tinggi itu membuatku oleng ke belakang, namun lengan kanannya langsung menahan tubuhku. 

“Ceroboh..” Aku mengerucutkan bibirku, dengan cepat aku melepaskan lengannya yang melingkar di sekitar pinggangku.

“Kemana?” 

“Yoojin..” Jawabku, aku memasukkan handphone milikku ke dalam saku.
“Dimana eomonim, oppa?” Tanyaku.

“Eomma ke supermarket tadi.. mau diantar?” Aku menaikkan sebelah alisku.

“Aniya.. oppa istirahat saja, aku bisa sendiri..” Aku memasang senyuman manisku, Chanyeol oppa tertawa kecil setelah itu seperti biasa ia akan mengelus puncak kepalaku.

“Hati-hati..” Aku mengangguk.

Chanyeol P.O.V
Aku merebahkan tubuhku di atas sofa milik Kai. Ya, saat ini aku tengah berada di apartementnya.

“Molla Kai.. Jina berpikir dengan cara itu dapat membuktikan aku mencintainya dengan sungguh-sungguh..”

“Wajar saja, Jina masih dalam tahap menuju dewasa hyung.. dia masih tidak mengerti tentang hal itu.. ya, terkecuali teman-temannya..” Sahut Kai, aku mengerutkan dahiku.

“Aish.. dia benar-benar masih polos Kai, dan aku tidak mau otaknya terkontaminasi dengan hal-hal seperti itu sebelum waktunya..”

“Hyung, kau ingat umur Jina berapa?” Aku menaikkan sebelah alisku, aku tertawa kecil.

“Ah geurae, Jina sudah 18 tahun.. haaahh..” Kai menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Dia bahkan belum mengetahui apa-apa tentang hal itu, padahal umurnya sudah 18 tahun..” Aku memicingkan mataku mendengar perkataan Kai tadi.

“Andwae! Walaupun Jina sudah 18 tahun, tak akan kubiarkan pikirannya yang polos itu tercemar..” Sahutku, ya.. Jina masih sangat manis seperti anak usia 5 tahun .. ia benar-benar harus kujaga.. 

 “Kau tahu hyung? Di sekolah banyak sekali teman-temanku yang menyukainya, bahkan ada beberapa teman satu angkatannya yang menyatakan perasaannya pada Jina..” Aku melotot kearah Kai.

“Mwo!” Kai menutup kedua telinganya menggunakan kedua telapak tangannya.
“Andwae! Kai-ah.. kau satu-satunya yang bisa kupercaya! Tolong jaga Jina di sekolah eoh?” Pintaku, Kai memutar bola matanya.

“Hyung, kau pikir jarak kelasku dan yeojachingumu itu hanya satu jengkal?” Aku mengerucutkan bibirku.

“Kelasku di lantai 3 paling ujung, kelas Jina di lantai dua paling ujung ..” Aku mengerutkan dahiku.

“Bagaimana kalau setiap jam istirahat kau ke kelasnya? Temani dia makan di kantin Kai!” 

“Yakk.. kau pikir aku tidak memiliki pekerjaan lain huh?” Aku menatapnya dengan wajah memelas.

“Hyung… aish.. jangan memasang wajah menjijikan seperti itu!” Aku mengembungkan pipiku.

“Kai-ah.. jebal..”

“Tenang saja hyung, Jina hanya mencintaimu! Dia tidak akan berpaling..” Aku terdiam.

“Ah geurae??” Tanyaku.

“Tentu saja!” Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.

“Tapi aku takut Kai..” Sahutku, bisa kulihat Kai menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Rasa takutmu itu wajar hyung.. tapi tenang saja, aku yakin 100% Jina tidak akan selingkuh darimu karena setahuku kau adalah namja pertama yang dapat menarik perhatiannya.” Aku tersenyum mendengarnya, rasanya senang sekali ketika tahu aku adalah lelaki pertama yang dapat mendapatkan hati gadisku itu. 

“Tapi berbeda denganmu hyung.. aku bahkan tidak tahu Jina itu yang keberapa untukmu.. haha” Aku melemparkan tabloid milik Kai kearahnya. Issh..

“Arra.. tapi kau tahu sendiri bukan? Mengapa aku seperti itu?” Aku menghembuskan nafas panjang, kesal sekali jika aku kembali mengingat masa laluku. Aissh..

“Arraseo hyung.. aku harap kau tidak mengecewakan eomonim eoh.. dia sudah benar2 terpikat oleh Jina, dan aku juga berharap kau tidak menyakiti Jina. Dia gadis baik-baik hyung.. kau tahu itu..” Kai terkekeh setelah mengatakan itu, ia kembali berkutat dengan laptopnya. Haaahh.. aku tahu, aku bukanlah lelaki yang baik dulu, tapi aku tidak akan pernah mengecewakan Jina.. karena aku sudah bertekad untuk berubah.

“Hyung, kau sedang apa berdiam di kamarku?” Aku menoleh, Kai tertawa melihatku.

“Yak.. aku sudah berubah Kai~”

“Haha arraseo hyung.. kau tidak ada kerjaan huh?”

“Ah geurae.. jam berapa sekarang??” Aku melihat kearah jam dinding yang bertengger manis di apartement Kai ini.

“Aissh.. aku ada janji hari ini~ aku pergi eoh..” 

“Janji? Dengan siapa hyung??” Aku menyambar jaketku yang terletak di atas sofa milik Kai.

“Tentu saja dengan seseorang Kai..” Aku berjalan menuju pintu apartement Kai.
“Ingat hyung, kau tidak boleh selingkuh arra??”

*Blamm*

Hwang Jina P.O.V
Aku memainkan jari-jariku, menunggu Yoojin yang tak kunjung keluar dari kamarnya. Aissh.. sebenarnya untuk apa ia menyuruhku kemari jika ia hanya membuatku menunggu seperti ini?? 

“Issh.. sebenarnya dia sedang apa??” Aku berdiri dari sofa dan berjalan menuju pintu kamar Yoojin yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu.
‘tok..tok..tok..’

“Jin-ah.. kau sedang apa di dalam? Palliwaa keluarlah..” Sebenarnya dia sedang apa di dalam??
‘cklek..’
Eoh.. aku mundur beberapa langkah, menunggu pintu kamarnya terbuka.

“Yoojin-ah..” Aku mengerutkan dahiku ketika pintunya terbuka hanya sedikit. Kuberanikan diriku untuk memegang gagang pintu dan membukanya.

“Yaak.. Yoojin-ah..” Aku membuka pintu kamarnya lebar-lebar namun aku tidak melihat ada Yoojin di dalam. Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar Yoojin.
*Blamm*

Aku langsung berbalik, mataku terbelalak melihat siapa yang berdiri di hadapanku kini. 

“O..oppa..” Namja itu tersenyum kearahku, ia melangkahkan kakinya mendekat sedangkan aku perlahan mundur menjauhinya. Mengapa Baekhyun oppa ada di kamar Yoojin?? Dimana Yoojin? 

“Kau mencari Yoojin bukan? Yoojin tidak bisa di ganggu sekarang.. Ia harus istirahat..” Aku mengerutkan dahiku.

“Akh!”
*Brukk!

“Kau harus berhati-hati disini Jina-ya..” Aku meringis lalu mengusap-ngusap kakiku yang tersandung sisi ranjang milik Yoojin. 

“Apa Yoojin tidak memberitahumu kalau di waktu seperti ini ia sedang beristirahat?” Aku berusaha menaikkan kakiku keatas kasur milik Yoojin ketika tahu Baekhyun oppa sudah berdiri tepat di hadapanku. 
Mataku melotot ketika Baekhyun oppa menumpukan lututnya di samping kakiku yang masih terjuntai diatas lantai.

Aku memundurkan badanku perlahan menjauhinya.
'Apa yang akan ia lakukan..'

(To Be Continued)

0 komentar:

Posting Komentar