Main Cast : You as Hwang Jina
Park Chanyeol
Chanyeol
P.O.V
“Oppa..”
Aku tersenyum melihatnya melangkah mundur.
“Wae?
Bukankah ini yang kau inginkan?” Aku melangkah mendekat kearahnya yang sudah
berhenti melangkah mundur karena di belakangnya terdapat tembok yang
menghalangi jalannya. Ia menundukkan kepalanya ketika tubuhku sudah berdiri
tepat di hadapannya, jarak kami hanya 10 cm.. Aku bisa melihat semburat merah
di pipinya.
“A..aniya..”
Jawabnya pelan, aku maju selangkah lagi sehingga kami benar-benar hampir
menempel, mau tidak mau ia mengangkat wajahnya dan menatap lurus kearah bajuku.
Yeojachinguku ini tidak terlalu tinggi, kepalanya hanya mencapai dadaku.
“Jina-ya..”
Aku mengangkat dagunya sehingga ia sedikit mendongak kearahku. Matanya
berkedip-kedip mencari objek lain di kamarku yang bisa ia tatap selain
menatapku. Aku tertawa pelan melihatnya.
“Tatap
aku..” Ia menarik nafasnya pelan, dan perlahan ia mengalihkan pandangannya itu
kearahku. Mata coklat mudanya benar-benar bisa memikat semua namja yang
menatapnya.
“Apa
kau tidak takut padaku?” Tanyaku langsung, jujur saja, aku benar-benar terkejut
ketika mendengar perkataan polosnya tadi.
“Aku..”
Bibir tipisnya mengatup kembali, ia takut.. ya, kau takut padaku Hwang Jina.
Bagaimanapun aku ini seorang namja.
“Biar
kutebak, kau termakan omongan teman-temanmu itu hm?” Ya, itu pasti..
teman-temannya selalu menceritakan namjachingu mereka kepada Jina. Dan aku tahu
semuanya karena aku pernah membaca buku diary yeojachinguku ini.
“A..aniya..
aku..” Matanya kembali tidak fokus, aku tersenyum kecil melihat yeoja manis di
depanku ini.
“Sst..
aku tahu semuanya.. Dan apa kau tahu mengapa aku tak pernah berani
menyentuhmu?” Aku menyentuh rambut panjangnya yang menutupi pipi kirinya,
kumainkan rambut coklatnya itu sambil terus kutatap matanya yang tak berani
menatapku.
“Nan..mollaseo..”
Jawabnya pelan, aku menghembuskan nafasku. Ini memang bukan yang pertama
kalinya terjadi, tapi entah mengapa aku sedikit resah jika ia terus-menerus
bersikap seperti ini.
“Jika
kau berpikir aku tidak pernah menyentuhmu karena aku tidak tertarik padamu itu
salah..”
“Kalau
bukan karena itu, kenapa kau tak pernah menyentuhku?” Aku terkejut ketika
mendengar kalimat yang keluar dari bibir tipisnya, Jina menatapku lurus
menunggu jawabanku.
“Hwang
Jina..”
“Oppa,
teman-temanku mengatakan jika seorang namjachingu tidak pernah mencium atau
melakukan skinship dengan yeojanya itu tandanya dia tidak mencintainya!”
Sahutnya lancar dengan satu tarikan nafas, aku menghela nafasku. Mungkin ini
puncaknya, beberapa minggu yang lalu diapun seperti ini, tapi ia masih mau
menerima alasannya. Bukankah alasan yang dulu aku berikan itu sangatlah logis?
Ya, aku tidak ingin menodainya sebelum waktunya tiba, apa itu salah?
“Jina,
apa dengan melakukan skinship seperti itu akan menjamin bahwa sepasang kekasih
akan selalu mencintai?” Tanyaku, ia terdiam.
“Setidaknya
itu membuktikan bahwa..”
“Jina-ya..
kau percaya padaku bukan?” Aku memegang kedua pundaknya dan sedikit menundukkan
kepalaku agar sejajar dengannya.
“Jika
kau percaya padaku, kau tidak akan pernah menuntut seperti ini.” Ia mengalihkan
pandangannya ke samping, aku menghembuskan nafasku.
“Arraseo..”
Ucapnya pelan, aku tersenyum kecil melihatnya.
“Oppa,
bisakah kau melepaskan tanganmu dari pundakku?” Aku kembali menegakkan badanku
dan melepaskan kedua tanganku dari pundaknya.
“Aku
pulang..” Ia berjalan melewatiku, hhh.. kupejamkan mataku, detik berikutnya aku
kembali membuka mataku dan berbalik. Aku berjalan cepat kearah gadis yang
tinggal beberapa langkah lagi mendekati pintu kamarku itu, kutarik lengannya
sehingga ia berbalik kearahku.
“Wae?”
Tanyanya dengan ekspresi datar, aku menatapnya lurus.
“Mianhae..”
Tangan kiriku menarik pinggangnya, dan tangan kananku memegang tengkuknya agar
mendekat.
Hwang Jina P.O.V
Aku
terkejut ketika Chanyeol oppa menarik tubuhku, detik berikutnya aku merasakan
sesuatu yang lembut menyentuh permukaan bibirku. Bisa kulihat Chanyeol oppa
yang tengah menutup matanya, ia menggerakkan bibirnya dan itu cukup membuatku
terkesiap. Aku memegang tangannya yang melingkar di pinggangku.
“mmh..”
Aku memejamkan kedua mataku rapat-rapat ketika merasakan kepalanya bergerak ke
kanan, kuremas pelan ujung kaosnya.
Bibirnya
mengulum bibir atas dan bibir bawahku bergantian, rasanya sangat aneh.
Tangannya yang berada di tengkukku kini bergerak kearah telinga kiriku, ia
memainkan daun telingaku pelan membuatku merasakan sesuatu yang aneh di dalam
tubuhku.
Aku
masih tetap pada posisiku, entah sudah berapa menit Chanyeol oppa menciumi
bibirku. Mataku terus ku tutup rapat-rapat ketika kurasakan ia menggigit kecil
bibirku, aku meringis namun detik berikutnya bulu romaku berdiri ketika
merasakan sesuatu yang masuk ke dalam mulutku. Aku merasakannya, lidahnya
bermain di dalam rongga mulutku. Tangannya yang melingkar di pinggangku kini
beralih masuk ke dalam blouse yang kukenakan. Dengan cepat aku menahan
tangannya yang berhasil menyentuh tubuhku, aku mendorong pelan bahunya namun
Chanyeol oppa tak kunjung melepaskan pelukannya yang entah sejak kapan tubuh
kami menempel seperti saat ini. Ia melepaskan ciumannya, aku menghela nafasku
lega.
“Aakh
oppa!” Aku menjerit ketika kurasakan sesuatu yang basah menyentuh kulit
leherku, rasanya sangat menggelikan! Daerah leher merupakan daerah sensitifku,
aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya namun lengannya sangat kuat. Ia
bahkan menarik tubuhku lebih dekat sehingga wajahku menempel di pundaknya.
“Oppaa..
jeball..hhh..”
Chanyeol
P.O.V
Aku
menggigit lehernya pelan, kuhisap bekas gigitanku tadi.
“Aakh
oppa!” Kuhiraukan teriakannya tadi, entahlah.. aku tak ingin melepaskannya saat
ini.
Tangan
kecilnya mendorong kedua bahuku membuatku mau tak mau melepaskan bibirku dari
daerah lehernya. Aku menatapnya yang menatapku takut. Bisa kulihat ia mengatur
nafasnya yang memburu, aku mengelap sudut bibirku dengan punggung tanganku.
Kutarik senyuman di sudut bibirku ketika melihat wajah ketakutannya. Aku
kembali melangkah mendekat sedangkan ia kembali mundur seperti beberapa waktu
yang lalu.
‘dduk!’
tubuhnya berhenti tepat di pintu kamarku.
“Oppa..”
Ia menatapku takut-takut, aku kembali mensejajarkan wajah kami. Ia menggeleng
pelan seperti anak kecil yang akan diberi hukuman oleh orang tuanya. Aku
memiringkan kepalaku kearah lehernya.
“Andwae..
Oppa jebal..” Tangannya menahan kedua bahuku, bisa kulihat bahunya sedikit
bergetar.
“Bukankah
kau yang menginginkannya?” Bisikku tepat di telinga kanannya, kutiup pelan
telinganya yang memerah. Ia menggelengkan kepalanya pelan.
“Geumanhae
oppa.. hiks..” Aku memejamkan mataku rapat, ini hukumanmu Hwang Jina..
Aku
merengkuh tubuh kecilnya ke dalam pelukanku, tubuhnya bergetar hebat setelah
itu. Bisa kudengar isakan tangisnya.
“Oppa
jebal.. hiks..” Aku mengelus-elus punggungnya pelan, hhh..
“Sssh..
uljima..”
~
~ ~
Aku
menyodorkan air mineral kearahnya yang kini tengah duduk di ranjangku. Ia
mengambil gelas di tanganku lalu meneguknya sampai habis, setelah itu ia
menyerahkan gelas itu kearahku. Aku tertawa kecil melihat matanya yang sembab
karena menangis tadi.
Setelah
menyimpan gelas diatas mejaku, aku kembali berjalan kearah Jina yang sedari
tadi hanya diam. Aku berjongkok di hadapannya.
“Kau
terlihat jelek dengan mata sembabmu itu..” Sahutku, tangan kananku mengusap
pelan pipi kirinya.
“Kenapa
kau menangis?” Tanyaku pelan, gadis itu menundukkan kepalanya.
“Jawab
aku Hwang Jina..” Sahutku mengangkat dagunya dengan tangan kananku pelan.
“Kau
menakutkan oppa..” Aku tertawa mendengarnya, ia mengerucutkan bibirnya seperti
anak kecil. Bisa kulihat semburat merah di sekitar pipinya.
“Hwang
Jina.. kau.. hahaha..” Aku menutup mulutku dengan tangan kananku, badanku
terjungkal ke belakang.
“Oppa..
itu tidak lucu..” Aku mengusap air mata di sudut mataku, aah dia benar-benar
masih polos.. itulah mengapa aku tidak ingin melakukan skinship seperti yang ia
minta beberapa jam yang lalu.
“Haaahh..
kau itu masih terlalu polos dalam hal-hal seperti tadi..” Dahinya berkerut
mendengar penuturanku.
“Jina-ya..
aku minta maaf karena telah membuatmu takut. Sebenarnya aku tidak bermaksud
menakutimu, karena memang itulah skinship yang kau bicarakan sejak tadi.” Ia
terdiam.
“Bahkan
itu masih permulaan..” Sambungku, ia menatapku takut, aku tersenyum kearahnya.
“Oppa..”
“Issh
aku tak bermaksud melanjutkannya..” Sahutku, ia menghembuskan nafasnya.
“Mianhae
oppa..”
“Hm?”
“Mianhae..
aku memang tidak tahu apa-apa.. dan bodohnya aku termakan oleh perkataan
teman-temanku.. karena mereka mengatakan bahwa skinship itu..” Aku menunggu
kelanjutan perkataannya.
“mm..
yaa.. aah, lupakanlah!”
“Wae??
Kau tak bisa memotong perkataanmu sendiri, katakan padaku lanjutan perkataanmu
tadi.” Sahutku, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“err..
Aniyo oppa! Aku.. aku lupa..” Aku memicingkan mataku.
“Sungguh!”
Aku bangkit dari dudukku dan mendekat kearahnya.
“Oppa!”
Ia berlari menghindariku, aku pun mengejarnya.
“Hwang
Jina.. katakan padaku!” Sahutku, issh.. ia berlari sangat lincah.
“Andwae!”
Ia keluar dari kamarku, aku mengejarnya sampai ke lantai bawah.
“Eomonim!”
“Ah!
Jina-ya.. wae??” Aku mengatur nafasku setelah kakiku berhasil mendarat di
lantai bawah. Kulihat Jina bersembunyi di balik badan eomma.
“Chanyeol
oppa.. dia akan memukulku..” Aku membelalakan mataku.
“Mwo?!
Yak! Park Chanyeol! Siapa yang mengajarimu melakukan kekerasan pada calon
menantu eomma huh?!” Aku mendengus ketika mendengar omelan eomma, bisa kulihat
Jina yang terkekeh melihatku. Aku menatapnya tajam.
“Eomma..
dia berbohong, mana mungkin aku tega melakukan kekerasan pada calon istriku??”
Aku menghindar dari kejaran eomma yang hendak memukulku, ya.. eomma selalu
memukul pantatku jika aku melakukan kesalahan pada calon menantu kesayangannya
itu. ckck..
Hwang
Jina P.O.V
Aku
tertawa melihat Chanyeol oppa yang meringis ketika pantatnya mendarat di sofa
empuk milik keluarga Park.
“Yaa
oppa, apa sofa ini kurang empuk untukmu?? aku akan meminta eomonim membeli sofa
yang lebih empuk kalau begitu.. kkk..” Chanyeol oppa menoleh dan menatapku
tajam.
“Ini
semua salahmu anak kecil..” Aku mendengus ketika mendengarnya memanggilku
dengan sebutan anak kecil.
“Wae?”
Tanyanya dengan wajah menyebalkan, isssh..
“Aku
bukan anak kecil arra?” Sahutku, ia terkekeh.
“Sudah
jelas-jelas kau itu anak kecil Jina-yaa..” Aku menatapnya sebal, kami memang
berbeda 3 tahun.. tapi.. aku sudah di tahun ke 18!!
“Yak!
Sudah jelas-jelas kau yang tua!” Sahutku, ia mendengus.
“Aah
terserah kau anak kecil..” Sahutnya lalu pergi.
Aku
hanya menatap punggungnya yang menghilang di balik tembok dapur. Hhh.. Aku jadi
ingat kejadian tadi, kenapa namja itu benar-benar menakutkan? Issh.. aku tak
akan pernah mau lagi termakan oleh perkataan Yoojin!
‘drrrt..drrrt..drrt..’
“Omoo!
Issh mengagetkan saja!” Aku langsung meraih handphoneku yang sejak tadi
kuletakkan diatas meja.
“Yoojin?”
Aku langsung menerima telepon dari Yoojin.
“Ne..
Yoojin-ah..” Aku sedikit mengerutkan dahiku.
“Mwo??
Aissh.. ne..ne..”
‘plip..’
Aku melirik kearah jam dinding yang tertempel manis di ruang TV ini.
“Arraseo..”
Aku bangkit dari sofa dan berbalik.
“Woaaaa!”
Chanyeol oppa tiba-tiba saja sudah berdiri tepat di depanku, badannya yang
tinggi itu membuatku oleng ke belakang, namun lengan kanannya langsung menahan
tubuhku.
“Ceroboh..”
Aku mengerucutkan bibirku, dengan cepat aku melepaskan lengannya yang melingkar
di sekitar pinggangku.
“Kemana?”
“Yoojin..”
Jawabku, aku memasukkan handphone milikku ke dalam saku.
“Dimana
eomonim, oppa?” Tanyaku.
“Eomma
ke supermarket tadi.. mau diantar?” Aku menaikkan sebelah alisku.
“Aniya..
oppa istirahat saja, aku bisa sendiri..” Aku memasang senyuman manisku,
Chanyeol oppa tertawa kecil setelah itu seperti biasa ia akan mengelus puncak
kepalaku.
“Hati-hati..”
Aku mengangguk.
Chanyeol
P.O.V
Aku
merebahkan tubuhku di atas sofa milik Kai. Ya, saat ini aku tengah berada di
apartementnya.
“Molla
Kai.. Jina berpikir dengan cara itu dapat membuktikan aku mencintainya dengan
sungguh-sungguh..”
“Wajar
saja, Jina masih dalam tahap menuju dewasa hyung.. dia masih tidak mengerti
tentang hal itu.. ya, terkecuali teman-temannya..” Sahut Kai, aku mengerutkan
dahiku.
“Aish..
dia benar-benar masih polos Kai, dan aku tidak mau otaknya terkontaminasi
dengan hal-hal seperti itu sebelum waktunya..”
“Hyung,
kau ingat umur Jina berapa?” Aku menaikkan sebelah alisku, aku tertawa kecil.
“Ah
geurae, Jina sudah 18 tahun.. haaahh..” Kai menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Dia
bahkan belum mengetahui apa-apa tentang hal itu, padahal umurnya sudah 18
tahun..” Aku memicingkan mataku mendengar perkataan Kai tadi.
“Andwae!
Walaupun Jina sudah 18 tahun, tak akan kubiarkan pikirannya yang polos itu
tercemar..” Sahutku, ya.. Jina masih sangat manis seperti anak usia 5 tahun ..
ia benar-benar harus kujaga..
“Kau tahu hyung? Di sekolah banyak sekali
teman-temanku yang menyukainya, bahkan ada beberapa teman satu angkatannya yang
menyatakan perasaannya pada Jina..” Aku melotot kearah Kai.
“Mwo!”
Kai menutup kedua telinganya menggunakan kedua telapak tangannya.
“Andwae!
Kai-ah.. kau satu-satunya yang bisa kupercaya! Tolong jaga Jina di sekolah
eoh?” Pintaku, Kai memutar bola matanya.
“Hyung,
kau pikir jarak kelasku dan yeojachingumu itu hanya satu jengkal?” Aku
mengerucutkan bibirku.
“Kelasku
di lantai 3 paling ujung, kelas Jina di lantai dua paling ujung ..” Aku
mengerutkan dahiku.
“Bagaimana
kalau setiap jam istirahat kau ke kelasnya? Temani dia makan di kantin Kai!”
“Yakk..
kau pikir aku tidak memiliki pekerjaan lain huh?” Aku menatapnya dengan wajah
memelas.
“Hyung…
aish.. jangan memasang wajah menjijikan seperti itu!” Aku mengembungkan pipiku.
“Kai-ah..
jebal..”
“Tenang
saja hyung, Jina hanya mencintaimu! Dia tidak akan berpaling..” Aku terdiam.
“Ah
geurae??” Tanyaku.
“Tentu
saja!” Aku mengangguk-anggukkan kepalaku.
“Tapi
aku takut Kai..” Sahutku, bisa kulihat Kai menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Rasa
takutmu itu wajar hyung.. tapi tenang saja, aku yakin 100% Jina tidak akan
selingkuh darimu karena setahuku kau adalah namja pertama yang dapat menarik
perhatiannya.” Aku tersenyum mendengarnya, rasanya senang sekali ketika tahu aku
adalah lelaki pertama yang dapat mendapatkan hati gadisku itu.
“Tapi
berbeda denganmu hyung.. aku bahkan tidak tahu Jina itu yang keberapa untukmu..
haha” Aku melemparkan tabloid milik Kai kearahnya. Issh..
“Arra..
tapi kau tahu sendiri bukan? Mengapa aku seperti itu?” Aku menghembuskan nafas
panjang, kesal sekali jika aku kembali mengingat masa laluku. Aissh..
“Arraseo
hyung.. aku harap kau tidak mengecewakan eomonim eoh.. dia sudah benar2
terpikat oleh Jina, dan aku juga berharap kau tidak menyakiti Jina. Dia gadis
baik-baik hyung.. kau tahu itu..” Kai terkekeh setelah mengatakan itu, ia
kembali berkutat dengan laptopnya. Haaahh.. aku tahu, aku bukanlah lelaki yang
baik dulu, tapi aku tidak akan pernah mengecewakan Jina.. karena aku sudah
bertekad untuk berubah.
“Hyung,
kau sedang apa berdiam di kamarku?” Aku menoleh, Kai tertawa melihatku.
“Yak..
aku sudah berubah Kai~”
“Haha
arraseo hyung.. kau tidak ada kerjaan huh?”
“Ah
geurae.. jam berapa sekarang??” Aku melihat kearah jam dinding yang bertengger manis
di apartement Kai ini.
“Aissh..
aku ada janji hari ini~ aku pergi eoh..”
“Janji?
Dengan siapa hyung??” Aku menyambar jaketku yang terletak di atas sofa milik
Kai.
“Tentu
saja dengan seseorang Kai..” Aku berjalan menuju pintu apartement Kai.
“Ingat
hyung, kau tidak boleh selingkuh arra??”
*Blamm*
Hwang
Jina P.O.V
Aku
memainkan jari-jariku, menunggu Yoojin yang tak kunjung keluar dari kamarnya.
Aissh.. sebenarnya untuk apa ia menyuruhku kemari jika ia hanya membuatku
menunggu seperti ini??
“Issh..
sebenarnya dia sedang apa??” Aku berdiri dari sofa dan berjalan menuju pintu
kamar Yoojin yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu.
‘tok..tok..tok..’
“Jin-ah..
kau sedang apa di dalam? Palliwaa keluarlah..” Sebenarnya dia sedang apa di
dalam??
‘cklek..’
Eoh..
aku mundur beberapa langkah, menunggu pintu kamarnya terbuka.
“Yoojin-ah..”
Aku mengerutkan dahiku ketika pintunya terbuka hanya sedikit. Kuberanikan
diriku untuk memegang gagang pintu dan membukanya.
“Yaak..
Yoojin-ah..” Aku membuka pintu kamarnya lebar-lebar namun aku tidak melihat ada
Yoojin di dalam. Aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar Yoojin.
*Blamm*
Aku
langsung berbalik, mataku terbelalak melihat siapa yang berdiri di hadapanku
kini.
“O..oppa..”
Namja itu tersenyum kearahku, ia melangkahkan kakinya mendekat sedangkan aku
perlahan mundur menjauhinya. Mengapa Baekhyun oppa ada di kamar Yoojin?? Dimana
Yoojin?
“Kau
mencari Yoojin bukan? Yoojin tidak bisa di ganggu sekarang.. Ia harus
istirahat..” Aku mengerutkan dahiku.
“Akh!”
*Brukk!
“Kau
harus berhati-hati disini Jina-ya..” Aku meringis lalu mengusap-ngusap kakiku
yang tersandung sisi ranjang milik Yoojin.
“Apa
Yoojin tidak memberitahumu kalau di waktu seperti ini ia sedang beristirahat?”
Aku berusaha menaikkan kakiku keatas kasur milik Yoojin ketika tahu Baekhyun
oppa sudah berdiri tepat di hadapanku.
Mataku melotot ketika Baekhyun oppa
menumpukan lututnya di samping kakiku yang masih terjuntai diatas lantai.
Aku memundurkan badanku perlahan menjauhinya.
'Apa yang akan ia lakukan..'
(To Be Continued)
0 komentar:
Posting Komentar