“Jadi.. ceritanya dia
itu playboy..” Jelasnya singkat, padat dan jelas.
“Ah masa sih? Orangnya baik
banget kok..”
“Kamu kan baru aja kenal
sama dia.. belum tau asal-usulnya darimana dan kayak gimana dulunya kan?”
Percakapan singkat itu
memang terbukti jelas untuk detik ini, ya.. untuk detik ini saja.
“Udahlah.. ngapain sih
nangisin cowok kayak dia? Dia itu gak baik buat kamu, dari dulu juga aku udah punya
firasat gak enak pas kamu kenalin dia ke aku..”
Yah.. lagian semuanya
sudah terjadi, mau diapakan lagi?
Dan sekarang aku
menyadari sesuatu, tentang perasaanku pada si playboy itu dan juga dia.
Semuanya benar-benar berbeda, antara rasa suka dan cinta. Akhirnya aku mengerti
perbedaan antara keduanya.
“Coba deh kamu hubungin
nomor dia.. tau aja nomornya aktif lagi..”
“Gak deh, aku udah
jahat banget sama dia.. biarin aja..”
Perkataan yang keluar
dari mulut memang tidak terjamin kebenarannya, begitulah kira-kira sampai
akhirnya aku kembali memutuskan untuk mencoba menghubunginya kembali.
“Dari dulu juga dia itu
udah emang yang terbaik buat kamu.. Masalah jarak gak usah kamu pikirin, yang
penting kalian sama-sama menjaga hubungan kalian sekarang.”
Aku mengerti dan aku
sudah memutuskan untuk menceritakan perihal aku dan si playboy itu padanya.
Kalian tahu apa responnya? Ia berkata bahwa aku hanya sebatas suka saja pada si
playboy itu, dan dia menganggap itu hanya sebuah kecelakaan yang tidak pada
tempatnya. Sehingga hubungan kami pun harus tetap berlanjut.
“Dia emang baik
walaupun jutek, makanya dari sekarang jangan coba-coba ngasih hati lagi ke
cowok lain!”
Ya.. aku berjanji untuk
menjaga perasaanku sendiri. Semuanya berjalan seperti biasa, sampai sesuatu
yang tidak terduga kembali menghampiri.
“Gak aktif lagi?”
Aku rasa aku dan dia
memang tidak seharusnya mengikat janji sejak awal. Perasaanku dulu tentu saja
hanya rasa suka biasa, bagaimana mungkin seorang anak berumur 12 tahun sudah
bisa menentukan perasaannya itu adalah cinta?
Jika di jaman sekarang memang sudah biasa, namun berbeda dengan jamanku
dulu.
“Yah.. kamu tunggu aja
dulu, kalau udah sebulan dari sekarang dia masih gak ada kabar.. baru kamu yang
ngambil keputusan..”
Akhirnya aku putuskan
kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi..
Seiring berjalannya
waktu, seseorang datang tanpa kuduga. Ah,
biarlah.. aku rasa perasaanku ini hanya suka biasa.
“Kamu udah lebih dari
suka sama dia..”
Benarkah? Kurasa kau
benar, karena perasaan yang aku rasakan saat ini hampir sama dengan perasaanku pada
si playboy dulu. Aku bahkan bisa merasakan senang, sedih, maupun kesal dalam
waktu yang bersamaan.
“Kalau aku lihat dia
emang bener-bener suka sama kamu, terserah kamu mau lanjut atau enggak..”
Sebenarnya aku takut, semua
kejadian ini tertata sangat rapih seperti saat pertama aku mengerti dan bisa
membedakan antara rasa suka dan cinta.
“Menurut aku.. mending
kamu sekali lagi hubungin dia dulu..”
Sudah 3 bulan, seperti
biasa.. dia bisa kuhubungi lagi. Akhirnya aku menceritakan tentang perasaanku
padanya juga tentang seseorang yang entah bagaimana ceritanya bisa menarik
perhatianku begitu mudah dan memunculkan perasaan yang kembali aku rasakan
untuk kedua kalinya.
Responnya sedikit
membuatku merasa lega, memang hubungan kami sudah sebaiknya berakhir sejak dulu.
“Maaf..”
Hanya kata maaf yang bisa
aku katakan, aku merasa sangat bersalah padanya.
Aku harap keputusanku
ini tidak salah.
0 komentar:
Posting Komentar